Biak (ANTARA) - Selain dikenal memiliki sumber daya alam melimpah, di Papua juga terdapat 428 bahasa daerah yang digunakan oleh berbagai suku di provinsi ini.

Mengingat pentingnya bahasa daerah maka pemerintah terus berupaya melestarikannya  melalui program revitalisasi bahasa daerah untuk tenaga guru penutur.

Kegiatan revitalisasi bahasa daerah dilakukan Badan Pengembangan Bahasa dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset Teknologi (Kemendikbudristek) sejak tahun 2021 dengan melatih guru utama sebagai penutur bahasa daerah setempat.

Revitalisasi bahasa daerah di Papua ini sebagai sarana untuk mempertahankan identitas bahasa daerah supaya tetap lestari dan tetap menjadi keragaman alat komunikasi antarwarga.

Ada beberapa bahasa daerah di Tanah Papua yang kini terancam punah karena disebabkan banyak faktor, salah satunya akibat berkurangnya jumlah penutur.

Kepala Subbagian Umum Balai Bahasa Provinsi Papua Jemmy Ayomi mengatakan, salah satu strategi melestarikan bahasa daerah di Papua dilakukan melalui sekolah yang dikemas dengan cara yang menarik dan tidak membosankan.

Dalam hal ini, Balai Bahasa Provinsi Papua memberikan kebebasan kepada siswa untuk belajar bahasa daerah melalui menulis puisi, dongeng, cerita pendek, menulis aksara daerah, pidato, hingga lomba penutur bahasa daerah.

Ayomi mengakui revitalisasi bahasa daerah merupakan salah satu langkah penting dalam perlindungan bahasa daerah sebagai bagian dari kekayaan budaya nasional Indonesia.

Ayomi menyebutkan program revitalisasi bahasa daerah merupakan paket kebijakan yang dikemas dalam Merdeka Belajar Episode 17, yang diluncurkan pada tanggal 22 Februari 2022.

Revitalisasi bahasa daerah perlu dilakukan mengingat dari 718 bahasa, 428 bahasa daerah berada di Papua, dan sebagian kondisinya kritis bahkan ada yang terancam punah akibat terus  menyusutnya jumlah penutur.

"Ini menjadi perhatian pemerintah bagaimana caranya agar bahasa daerah tetap eksis dan lestari. Ini harus dijaga bersama," sebut Ayomi.

Saat ini ada satu bahasa daerah di Papua yakni bahasa Tandia di Kabupaten Teluk Wondama, Provinsi Papua Barat, telah punah karena ketiadaan lagi penutur bahasa setempat.

Untuk menjaga bahasa daerah di Tanah Papua tidak hilang dan punah, menurut Ayomi, perlu dilakukan program revitalisasi bahasa daerah bagi guru penutur bahasa, siswa sekolah dan komunitas masyarakat adat setempat.

Sasaran dari revitalisasi bahasa daerah pada 1.491 komunitas penutur bahasa daerah, 29.370 guru, 17.955 kepala sekolah, 1.175 pengawas, serta 1,5 juta siswa di 15.236 sekolah.

Kemendikbudristek akan melatih para guru utama dan guru-guru bahasa daerah dengan mengadopsi prinsip fleksibilitas, inovatif, kreatif, dan menyenangkan yang berpusat kepada siswa dan mengadaptasi model pembelajaran sesuai kondisi sekolah masing-masing.

Kemendikbudristek terus menerus melakukan pembinaan bahasa lokal agar tidak akan punah dan tetap lestari. Caranya, antara lain, dengan menerbitkan bacaan atau majalah dengan bahasa daerah.

Apalagi di era digital saat ini mulai jarang dijumpai bacaan atau buku dengan bahasa daerah setempat. Hanya terdapat beberapa majalah yang menggunakan bahasa daerah, bahkan mungkin di era digital sudah tidak produktif lagi sehingga perlu membuat inovasi bacaan dalam bentuk digital.


Bahasa daerah di rumah

Asisten II Sekretaris Daerah Kabupaten Biak Numfor, Papua, Lot Yensenem mengakui faktor lingkungan sekitar juga memiliki peran penting dalam pelestarian bahasa daerah, salah satunya adalah kepala keluarga di rumah.

Pada umumnya, kini telah jarang dijumpai keluarga yang menggunakan bahasa lokal  lantaran mayoritas menggunakan bahasa campuran antardaerah. Pendeknya, bahasa lokal tidak lagi menjadi bahasa ibu.

Oleh karena itu orang tua di rumah diminta  kembali menggunakan bahasa daerah ketika bicara dengan anak dan isteri/suami agar bahasa daerah dapat terus lestari dan anggota keluarga juga lebih mencintai bahasa daerahnya.

Kenyataan saat ini, sebagian besar keluarga tidak lagi berbicara dengan anak atau anggota keluarga menggunakan bahasa daerah sehingga kondisi ini dapat mengancam kepunahan bahasa lokal.

Jajaran Pemkab Biak Numfor disebutkan terus mengajak para orang tua di lingkungan keluarga masyarakat adat orang asli Papua untuk dapat menjaga bahasa daerah di lingkungan keluarga.

"Perlu menghidupkan bahasa daerah sebagai identitas Biak agar bahasa lokal tetap lestari, tidak hilang dari peradaban masyarakat suku Biak," ujar Lot Yensenem.


Kurikulum muatan lokal

Pemerintah Kabupaten Biak Numfor melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) telah menetapkan pembelajaran bahasa Biak dijadikan kurikulum muatan lokal mulai tahun pelajaran 2023/2024.

Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Biak Numfor Kamaruddin mengatakan penerapan kurikulum muatan lokal bahasa Biak di sekolah sebagai implementasi guna mendukung kebijakan dan visi misi Bupati Herry Ario Naap  mewujudkan Biak yang religius, berkarakter, dan berbudaya.

Upaya nyata melestarikan bahasa Biak, sebelumnya Dinas Pendidikan menyelenggarakan Festival Biak Pintar 2023, salah satunya dengan menggelar lomba pidato dengan tiga kategori bahasa: Biak, Indonesia, dan Bahasa Inggeris untuk siswa-siswi SD hingga SMA/SMK.

"Lomba pidato bahasa Biak ini sebagai upaya Pemerintah Kabupaten Biak Numfor untuk terus menjaga dan melestarikan bahasa daerah agar tetap lestari dalam masyarakat adat Biak," harapnya.

Kebijakan lain dilakukan Pemkab Biak Numfor menjaga pelestarian Bahasa Biak, pihak Disdikbud telah menetapkan kurikulum muatan lokal di sekolah mulai tahun pelajaran 2023/2024.

Kurikulum muatan lokal berisikan tentang materi bahasa daerah Biak yang wajib diajarkan kepada siswa-siswi di sekolah jenjang pendidikan dasar hingga SMA/SMK.

"Penerapan kurikulum muatan lokal akan dimulai tahun ajaran baru 2023/2024. Untuk modul belajar telah disiapkan dan tenaga guru penutur pun sudah dilatih," ujarnya.

Memasukkan kurikulum muatan lokal bahasa Biak tersebut sebagai upaya nyata melestarikan bahasa daerah supaya tidak punah digerus oleh perubahan zaman.



Editor: Achmad Zaenal M

Editor: Achmad Zaenal M
Copyright © ANTARA 2023