Jakarta (ANTARA News) - Konferensi Internasional Cendekiawan Islam (International Conference of Islamic Scholars-ICIS) II yang digelar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) di Jakarta, 20-22 Juni mendatang akan membahas penyelesaian konflik antar-kelompok yang terjadi di sejumlah negara di Timur Tengah serta mencoba menjembatani hubungan negara-negara Timur dan Barat yang kerap mengalami ketegangan. "Kita akan berupaya meredakan konflik yang terjadi di Timur Tengah, misalkan konflik antara kelompok Hamas dan Fatah di Palestina serta Sunni dan Syiah di Irak. Begitu juga ketegangan antara Timur dan Barat yang akhir-akhir ini kembali memanas," kata Ketua Umum PBNU KH Hasyim Muzadi di Jakarta, Jumat. Dikatakannya, ICIS II akan memperjuangkan keadilan dan perdamaian di dunia karena perdamaian dan keadilan merupakan sebuah keniscayaan yang harus dipenuhi. "Perdamaian itu syaratnya adalah keadilan. Kalau tidak adil, tidak bisa ada perdamaian," ujarnya. Namun demikian, imbuh Hasyim, upaya menciptakan keadilan dan perdamaian itu tidak berarti pemihakan terhadap salah satu pihak. Oleh karena itu, konferensi internasional yang digagas oleh PBNU itu berupaya mengambil jalan tengah atau moderat di antara dua ekstrim, fundamentalis dan liberalis. Menurut pengasuh Pondok Pesantren Mahasiswa Al Hikam, Malang, Jawa Timur itu, cara-cara ekstrim dalam menghadapi sebuah persoalan umat yang marak belakangan ini justru merugikan Islam sendiri. "Fundamentalisme dan terorisme benar-benar telah merugikan Islam. Juga tidak adil kalau fundamentalisme dan terorisme itu diidentikkan dengan Islam, padahal keduanya juga ada di agama atau sekte manapun. Sebaliknya liberalisme juga tidak memperbaiki masalah karena justru menggerogoti akidah Islam. Al Qur-an dan Nabi Muhammad dikritiklah, macam-macam," ujarnya. Sementara itu, Katib Aam Syuriah PBNU Prof Dr Nazaruddin Umar mengatakan, umat Islam di Indonesia memang diharapkan dapat memperbaiki citra Islam di dunia yang memburuk. NU sebagai ormas Islam di Indonesia diharapkan mampu berperan dalam memperbaiki citra Islam. "Jadi umat Islam di Indonesia menjadi faktor utama untuk memberbaiki citra Islam," katanya. Guru Besar UIN Jakarta itu menyatakan, Islam Indonesia dinilai oleh negara-negara di Timur Tengah mempunyai banyak keunggulan yang tidak dimiliki oleh negara-negara lain di dunia. Keunggulan itu antara lain jumlah umatnya terbesar di dunia, bebas dari konflik regional Arab, beraliran Sunni moderat, serta posisinya bisa ke Timur dan Barat. "Islam Indonesia itu Sunni moderat yang bisa ke Syi`ah dan Wahabi," katanya. Sementara menyangkut penyelenggaraan ICIS II, Hasyim optimis forum yang akan diikuti ulama dan cendekiawan dari 57 negara itu akan berlangsung sukses karena memang merupakan forum yang strategis sehingga menarik perhatian banyak pihak. Selain itu, katanya, ICIS juga lebih menarik dibanding forum internasional sejenis yang dimiliki negara lain yang umumnya hanya diikuti oleh tokoh dan ulama yang hanya satu aliran. "Menarik karena yang ikut ulama dan cendekiawan lintas aliran dan madzhab," katanya.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2006