Jakarta (ANTARA News) - Kurs mata uang rupiah terhadap dolar AS kembali bergerak melemah pada akhir pekan sore sebesar 50 poin seiring kondisi Eropa yang masih negatif.

Nilai tukar mata uang rupiah yang ditransaksi antarbank di Jakarta pada Jumat sore bergerak melemah sebesar 50 poin menjadi Rp9.665 dibanding sebelumnya di posisi Rp9.615 per dolar AS.

Analis trust Securities Reza Priyambada di Jakarta, Jumat mengatakan, apresiasi rupiah tertahan seiring sentimen negatif dari bank sentral Eropa (ECB) yang menyampaikan bahwa prospek kawasan Eropa masih cukup negatif.

"ECB mengemukakan, meski periode terburuk dari krisis utang Zona Euro sudah berakhir, prospek kawasan Eropa masih cukup suram, kondisi itu menjadi salah satu faktor rupiah melemah," kata dia.

Ia menambahkan, kabar negatif setelah inflasi Australia ternyata lebih kecil dari ekspektasi juga menjadi sentimen kurang bagus bagi rupiah terhadap dolar AS.

Meski demikian, dikatakan dia, laju dolar AS tidak terlalu kuat seiring adanya "voting" dari Partai Republik di Kongres AS yang menyepakati untuk meneruskan kapasitas pinjaman pemerintah AS (debt ceiling) hingga 19 Mei 2013.

Hal itu akan memberikan waktu bagi kongres untuk meraih kesepakatan yang diharapkan bisa mengkombinasikan pemangkasan belanja dan kenaikan pajak atau bisa juga masih bisa menjual obligasinya.

Pengamat pasar uang Bank Himpunan Saudara Rully Nova menambahkan, kurs mata uang rupiah melemah terhadap dolar AS, meski demikian nilai tukar domestik itu masih dalam penjagaan Bank Indonesia.

Ia mengatakan, masih cukup kuatnya permintaan dolar AS menyusul perusahaan domestik yang membutuhkan bahan baku produksi, membuat mata uang domestik cenderung tertekan.

"Kondisi itu membuat rupiah memiliki kecenderungan tertekan terhadap dolar AS," katanya.

Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada, Jumat (25/1) tercatat mata uang rupiah bergerak melemah nilainya menjadi Rp9.643 dibanding posisi sebelumnya Rp9.635 per dolar AS.
(ZMF/Y006)

Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2013