Beijing (ANTARA) - Harga minyak terus naik di perdagangan Asia pada Selasa sore, karena investor memperkirakan pasar yang lebih ketat yang dipicu oleh kenaikan musiman dalam permintaan bensin dan pengurangan pasokan dari produsen OPEC+, meskipun kekhawatiran atas risiko gagal bayar utang AS membatasi kenaikan.

Minyak mentah berjangka Brent terangkat 35 sen atau 0,46 persen, menjadi diperdagangkan di 76,34 dolar AS per barel pada pukul 06.30 GMT. Sementara itu, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS terkerek 36 sen atau 0,50 persen, menjadi diperdagangkan di 72,41 dolar AS per barel,

Itu adalah kenaikan hari kedua setelah Brent naik 0,5 persen pada Senin (22/5/2023) dan WTI naik 0,6 persen, di tengah kenaikan 2,8 persen pada bensin berjangka AS menjelang liburan Memorial Day pada 29 Mei yang secara tradisional menandai dimulainya puncak musim permintaan bahan bakar musim panas.

"Harga minyak mengkonsolidasikan posisi terbawahnya, dibantu oleh peningkatan musiman permintaan bensin AS mulai minggu depan, pengurangan produksi oleh OPEC+ mulai bulan ini dan rencana pembelian AS untuk mengisi ulang Cadangan Minyak Strategis (SPR)," kata Hiroyuki Kikukawa, presiden NS Trading, unit dari Nissan Securities.

Pekan lalu, Departemen Energi AS mengatakan akan membeli 3 juta barel minyak mentah buat mengisi SPR untuk pengiriman Agustus.

Pemotongan produksi sukarela oleh Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya termasuk Rusia, yang dikenal sebagai OPEC+, yang mulai berlaku bulan ini juga diperkirakan akan membuat pasar minyak tetap ketat.

Analis Goldman Sachs mengatakan dalam sebuah laporan pada Senin (22/5/2023) bahwa mereka "memperkirakan defisit (pasokan minyak) yang berkelanjutan mulai Juni karena pengurangan produksi OPEC+ sepenuhnya terwujud dan permintaan terus meningkat."

Asia akan memimpin sebagian besar pertumbuhan permintaan minyak itu, menambah konsumsi sekitar 2 juta barel per hari pada paruh kedua tahun ini, kata seorang eksekutif Vitol, Senin (22/5/2023).

Meski begitu, investor juga fokus pada negosiasi untuk menaikkan batas utang AS, konsumen minyak terbesar dunia. Gagal bayar AS kemungkinan akan memicu kekacauan di pasar keuangan dan lonjakan suku bunga, yang berdampak pada pertumbuhan permintaan bahan bakar baik secara domestik maupun global. Presiden Joe Biden dan Ketua DPR Kevin McCarthy mengakhiri diskusi pada Senin (22/5/2023) tanpa kesepakatan tentang cara menaikkan plafon utang pemerintah AS sebesar 31,4 triliun dolar AS dan akan terus berbicara hanya 10 hari sebelum kemungkinan gagal bayar.

"Fokus utama untuk lingkungan risiko yang lebih luas telah berputar di sekitar pembicaraan plafon utang AS, dan sementara itu tetap berhati-hati pada kemungkinan naik saat ini, langkah positif pada setiap resolusi akhir di depan itu mungkin tetap di ditawarkan untuk didiskusikan," kata Jun Rong Yeap, ahli strategi pasar di IG di Singapura.

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Nurul Aulia Badar
Copyright © ANTARA 2023