Pekalongan (ANTARA News) - Meskipun daya beli sedang melemah, permintaan batik dari Pekalongan (Jawa Tengah) meningkat sekira 50 % menyusul banyaknya pusat perbelanjaan baru, kata Ketua Paguyuban Pencinta Batik Pekalongan, Fatchiyah A. Kadir, di Pekalongan, Jawa Tengah (Jateng), Sabtu. "Timbulnya butik-butik batik baru terutama di Jakarta menyebabkan permintaan batik dari Pekalongan naik," ujarnya. Hal itu dikemukakannya pada dialog terbatas mengenai persiapan museum batik di Pekalongan yang didirikan Yayasan Kadin Indonesia, dan akan diresmikan pada 12 Juli 2006 oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Menurut Fatchiyah, permintaan naik, terutama untuk batik bagi segmen menengah ke bawah, meskipun batik untuk fashion tetap ada. "Batik untuk fashion biasanya pemilik butik di Jakarta merahasiakan transaksinya, karena bersifat customized atau sesuai pesanan. Jumlahnya pun tidak banyak, tapi nilainya besar," ujar pemilik Batik Tobal itu. Dikatakakannya, Industri Kecil dan Menengah (IKM) batik Pekalongan harus terus melakukan perluasan pasar, agar tidak tergantung pada satu atau dua pasar saja. Ia mengatakan, IKM batik Pekalongan pernah mengalami masa suram, ketika Pasar Tanah Abang, Jakarta, terbakar dan ada pemboman di Bali yang menyebabkan jumlah permintaan anjlok. Oleh karena itu, Fatchiyah menyambut positif munculnya butik-butik batik baru, khususnya pada sejumlah pusat perbelanjaan di Jakarta. Sementara itu, salah seorang pengurus Paguyuban Pencinta Batik Pekalongan, Dudung Alie Syahbana, mengkhawatirkan menjamurnya butik batik hanya sesaat dan tidak bertahan lama, karena kebanyakan di antara mereka adalah pedagang kagetan. "Biasanya pedagang-pedagang batik baru yang bermunculan hanya muncul sesaat menjadi besar, namun tidak bertahan lama hanya enam bulan sampai satu tahun," katanya. Pemilik toko batik Tie Dye Batik itu mengemukakan, perputaran uang di industri batik Pekalongan yang banyak digeluti IKM cukup besar. "Berdasarkan informasi dari kalangan ekspedisi setiap malam ada sekitar 2000 bal batik yang mereka angkut dengan nilai rata-rata per balnya Rp4juta," ujarnya. Artinya, menurut dia, dalam semalam ada perputaran uang sekira Rp8,0 miliar di Pekalongan, dan dengan hitungan sebulan 26 hari kerja, maka total perputaran uang dari bisnis batik Pekalongan mencapai Rp208 miliar. Secara terpisah, Ketua Lembaga Pengkajian Penelitian dan Pengembangan Ekonomi (LP3E) Kadin Indonesia, Iman Sucipto Umar, yang menggagas museum batik mengatakan bahwa Kadin menjadikan batik sebagai ikon produk asli Indonesia yang diharapkan bisa melestarikan budaya, tapi juga berdampak ekonomis bagi pelakunya. "Pengembangan batik sangat penting tidak hanya dalam mempertahankan budaya Indonesia, tapi bagi kesejahtaraan masyarakat sekitar yang memproduksi batik itu sendiri," katanya. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2006