Tanjung Selor (ANTARA) - Nun jauh di  hutan Kalimantan terdapat sebuah dataran tinggi yang cukup strategis bagi Indonesia. Meski jauh dari Kabupaten Malinau, Kalimantan Utara, namun daerah ini berbatasan langsung dengan Malaysia bagian timur.

Daerah tersebut adalah Kecamatan Krayan yang memiliki luas wilayah 777,91 kilometer persegi dengan populasi pada 2021 berjumlah 3.456 jiwa. Pusat pemerintahan kecamatan berada di Long Bawan. Sedangkan Krayan adalah bagian dari wilayah Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara.

Daerah tersebut berada pada dataran tinggi,  sekitar 1.000 sampai 1.600 meter dari permukaan laut (mdpl). Dengan demikian,  daerah ini sulit dijangkau oleh kendaraan roda empat, khususnya jalan darat atau sungai.

Daerah ini seperti terisolasi, mengingat cara paling efektif menjangkaunya dari Malinau atau Nunukan adalah menggunakan transportasi udara. Bahkan, untuk pemenuhan kebutuhan bahan bakar minyak (BBM) dan elpiji juga harus diangkut dengan pesawat terbang.

Ada jalan darat, tetapi cukup jauh dan jalan masih berupa jalan tanah sehingga ketika musim hujan tidak bisa dilalui kendaraan.

Warga Krayan lebih mudah berbelanja ke wilayah Malaysia, karena jarak lebih dekat. Namun demikian, mengingat status administrasi, kadang Malaysia menutup jalur perdagangan tradisional karena alasan tertentu. Termasuk saat pandemi COVID-19, Malaysia menutup jalur perbatasan sehingga warga Krayan sempat kesulitan mendapatkan kebutuhan pokok.

Dalam kondisi itu, Komunitas Krayan Highland Adventure pernah mencoba menjajalnya dengan motor trail. Mereka ingin tahu apakah bisa nantinya dilewati kendaraan roda empat untuk mengangkut sembako sehingga kebutuhan Krayan bisa terpenuhi lewat negeri sendiri, dari Kabupaten Malinau.

Krayan secara administratif masuk Kabupaten Nunukan, namun letaknya lebih dekat ke Kabupaten Malinau. Untuk jalur Malinau ke Krayan, berdasarkan catatan Komunitas Krayan Highland Adventure, mencapai 205 kilometer, sedangkan Krayan ke Malaysia sekitar 190 kilometer.

Anggota Komunitas Krayan Highland Adventure bisa menembus sampai ke Malinau sekitar empat hari, sedangkan ke Malaysia hanya membutuhkan waktu enam jam.  

Meski berada di jantung rimba Kalimantan, namun hakikatnya banyak potensi dan prestasi warga Krayan yang butuh dukungan semua pihak, apalagi statusnya sebagai beranda negara.

Kondisi alam di Krayan sangat potensial untuk pengembangan wisata dengan keindahan alam khas dataran tinggi. Selain itu, kawasan itu masuk dalam kawasan Taman Nasional Kayan Mentarang, sebuah kawasan konservasi berstatus taman nasional terluas di Indonesia yakni 1,2 juta hektare yang meliputi sebagian wilayah Malinau dan Nunukan.

Kearifan lokal warga perbatasan serta pedalaman Malinau dalam menjaga kelestarian lingkungannya, telah mengantarkan berkali-kali mendapat penghargaan nasional dan dunia dalam bidang pelestarian Taman Nasional Kayan Mentara.

Daerah ini masuk dalam pelestarian hutan Borneo (Indonesia, Malaysia dan Brunei) yang disebut "Heart of Borneo", yakni kesepakatan pelestarian yang dirintis World Wide Fund for Nature untuk melindungi wilayah hutan Kalimantan seluas 220.000 kilometer persegi. Perjanjian ini ditandatangani oleh Indonesia, Malaysia dan Brunei di Bali pada 12 Februari 2007.

Hari Pertanian Organik

Meski jauh dari pusat kota, namun warga dataran tinggi itu memiliki berbagai inisiatif dalam membangun daerahnya, misalnya menetapkan Hari Pertanian Organik (HPO). Pelaksanaan HPO Dataran Tinggi Krayan diharapkan terus  berkelanjutan agar nilai-nilai pertanian organik tetap bisa dipertahankan.

Awalnya, pada 9 Maret 2016, lima orang Kepala Adat Besar di Krayan mendeklarasikan kawasan pengembangan pertanian organik. Sejak saat itulah ditetapkan sebagai HPO Dataran Tinggi Krayan. HPO diperingati setiap tahun untuk menjaga dan membangun kesadaran serta spirit organik di kalangan masyarakat.

Pada 2023 masyarakat dataran tinggi Krayan Kabupaten Nunukan kembali menggelar acara tahunan HPO di Long Layu, Kecamatan Krayan Selatan. Kegiatan yang digelar 22-25 Mei ini diikuti 89 desa dari lima kecamatan yang ada di daerah setempat.

Wakil Gubernur Kaltara, Yansen TP, juga hadir di Krayan  yang disambut oleh tokoh-tokoh adat, kepala desa, dan camat melalui prosesi adat serta penampilan tari-tarian khas Dayak Lundayeh.

Kegiatan itu bukan hanya sebagai wujud rasa syukur,  tapi juga sikap dari warga untuk menjaga kualitas produksi pertanian mereka melalui HPO. Sebab,  ada salah satu komoditas Krayan yang tidak ada di daerah lain, yakni beras adan yang telah dikenal berkualitas baik.

Beras Krayan atau beras adan itu sejak turun temurun sudah dikenal kelezatannya. Bahkan,  jenis beras ini di Malaysia atau Brunei disebut "Beras Sultan" karena rasanya yang enak dan harga cukup mahal.

Tanaman padi penghasil beras adan ini hanya bisa tumbuh di dataran tinggi Krayan. Beras adan memiliki ciri khas aroma, cita rasa dan tekstur yang halus. Beras Adan diunggulkan karena termasuk beras organik berkualitas yang terbagi menjadi tiga jenis yaitu putih, merah, dan hitam.

Beras adan putih, hitam, dan merah atau dalam bahasa lokal "pade adan buda, hitem, dan sia" merupakan varietas lokal dan menjadi bagian dari warisan budaya masyarakat adat di dataran tinggi Krayan.

Selama proses penanaman, masyarakat menggunakan pola pertanian alami yang dipadukan dengan peternakan kerbau, dan memanfaatkan air jernih dari gunung untuk irigasi persawahan.

Pihak Malaysia pernah mengklaim kepemilikan beras adan ini, karena Kecamatan Krayan letaknya berbatasan langsung dengan wilayah Malaysia.

Namun, Pemda setempat telah berusaha mempertahankan agar beras adan tidak diakui negara lain. Kini beras adan sudah mendapatkan sertifikat Indikasi Geografis (IG) dari Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual (DJKI), Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham) Republik Indonesia pada 6 Januari 2012.

Potensi Garam Krayan

Krayan juga memiliki keunggulan berupa produk garam gunung. Krayan memiliki sumber mata air garam. Sumber mata air garam tersebut berupa sumur-sumur kecil yang tersebar di lembah-lembah aluvial yang relatif datar.

Sudah sejak dahulu masyarakat Krayan menggunakan sumber mata air garam untuk membuat garam kristal yang dikemas dengan daun. Garam gunung itu dipakai untuk memasak dan sebagian lagi untuk dijual.

Sumber air garam itu sebagian besar berada di daerah rawa yang rendah, dan yang lain mengalir dari kaki bukit di hutan serta bercampur dengan air sungai.

Hingga kini terdapat 33 mata air garam yang diketahui terdapat di dataran tinggi Krayan. Namun, tidak semuanya dapat digunakan untuk memproduksi garam. Garam gunung ini dalam bahasa lokal biasa disebut tucu’.

Selain itu, Krayan memiliki juga potensi  wisata yang menonjolkan kawasan alam Nunukan. Kecamatan Krayan menyimpan potensi destinasi wisata yang begitu indah.

Wilayah perbatasan tersebut terletak di sepanjang pegunungan yang membelah bagian tengah Pulau Kalimantan. mulai dari dataran rendah, hingga jantung Kalimantan yang melintasi tiga negara yaitu Indonesia, Malaysia, dan Brunei Darussalam.

Sedangkan penghubung antarkecamatan di  Krayan hanya bisa ditempuh melalui jalur udara dengan menggunakan penerbangan udara Tarakan maupun dari Tanjung Selor.

Tapi, wilayah perbatasan Indonesia-Malaysia itu setelah kedatangan Presiden Joko Widodo pada 19 Desember 2019  kini mulai tersentuh pembangunan akses jalan.  Saat itu, dengan menggunakan sepeda motor, Presiden Jokowi meninjau pembangunan jalan di perbatasan Indonesia-Malaysia.

Guna mengatasi masalah infrastruktur tersebut, Pemprov Kaltara menargetkan pembangunan jalan Malinau-Krayan rampung 2023, sehingga untuk menjangkaunya tidak perlu berhari-hari. Untuk itu, perlu keterlibatan semua pihak agar potensi beranda itu dapat memberikan manfaat yang maksimal bagi kesejahteraan masyarakat. 
 

Editor: Slamet Hadi Purnomo
Copyright © ANTARA 2023