Efek yang ditimbulkan partai berasaskan Islam akan lebih dahsyat pengaruhnya dibandingkan jika yang menjadi tersangka adalah pimpinan partai yang berbasiskan nasionalis,"
Jakarta (ANTARA News) - Peneliti senior dari Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Toto Izul Fatah menilai efek buruk dari penetapan anggota DPR Luthfi Hasan Ishaaq (LHI) yang juga Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) sebagai pertanda awal penurunan citra partai berasaskan Islam itu.

"Efek yang ditimbulkan partai berasaskan Islam akan lebih dahsyat pengaruhnya dibandingkan jika yang menjadi tersangka adalah pimpinan partai yang berbasiskan nasionalis," kata Toto dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Kamis.

Menurut Direktur Eksekutif Citra Komunikasi Lingkaran Survei Indonesia (CPI-LSI) itu, setidaknya ada dua alasan pengaruh status tersangka LHI itu begitu besar, pertama PKS itu memiliki karakteristik pemilih atau konstituen ideologis yang lebih militan ketimbang partai lain, termasuk partai Islam sejenis seperti PPP.

"Militansi yang kental dengan aroma ketaatan terhadap agama (ibadah) sekaligus terhadap pemimpinnya itulah yang justru akan merontokkan partai dengan cepat pada saat pemimpin panutannya ternyata melenceng dari semangat agama (korupsi)," katanya.

Toto menambahkan, militansi berpartai di PKS itu hampir sama dengan militansi para santri di pesantren. Atau kurang lebih sama dengan militansi jamaah pengajian. "Bgitu kiai nya melakukan perbuatan tercela atau melanggar susila, maka santrinya cepat atau lambat meninggalkan pesantren itu," ujarnya. 

Alasan kedua, katanya, sebagai partai yangg mengagungkan simbol moral dan akhlak dengan tanpa ragu mengusung bendera agama berpotensi menimbulkan antipati, sinisme dan  demoralisasi yang masif baik di kalangan para kadernya maupun simpatisannya ketika ternyata pimpinan tertingginya dianggap merusak simbol moral dan akhlak tadi.

Toto menegaskan, kasus pada PKS itu berbeda dengan karakteristik partai lain, khususnya yang berideologi nasionalis seperti Partai Golkar, PDIP dan Partai Demokrat, dimana pemilihnya lebih cair.

"Pemimpin partai yang berbasis massa Islam atau berideologi Islam harus lebih siap tidak melakukan 'dosa' ketimbang pemimpin partai lainn dalam arti efeknya terhadap nasib partai," katanya.

Toto menjelaskan, konstituen partai berasas Islam akan lebih tidak rela jika pemimpinnya korupsi ketimbang konstituen partai non asas Islam.

Oleh karena itu, Toto menduga bahwa efek jangka pendek dari penetapan LHI itu akan terlihat dari kegelisahan berjamaah di internal partai. Pada saatnya kegeilisahn tersebut akan bermuara pada krisis kepercayaan yang bukan mustahil berakhir dengan hengkangnya para kader PKS.

Untuk jangka panjangnya, kasus LHI itu juga akan menyetop simpati publik yang sebelumnya mungkin berniat gabung atau akan memilih PKS, tapi setelah mengetahui pemimpinnya tersangkut korupsi, mereka mundur secara teratur.

"Intinya, dari dalam akan terjadi pengeroposan dan dari luar juga tak akan dapat tambahan suara. Sehingga, bukan mustahil, jika tak cepat melakukan pemulihhan (revovery), pada saatnya PKS bukan saja tak ada tambahan suara tapi bisa jadi malah anjlok. Apalagi dalam konteks temuan berbagai lembaga survei belakangan ini, termasuk Survei LSI, partai-partai Islam sedang mengalami tren menurun. Inilah beberapa warning yang patut menjadi renungan para petinggi PKS agar tidak ditinggalkan kader dan simpatisannya," demikian Toto Izul Fatah.  
(*)

Pewarta: Ruslan Burhani
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013