Yukindo ini terbentuk karena kepedulian untuk melestarikan TNUK dan sumber daya hayati yang ada di dalamnya, termasuk badak jawa."
Pandeglang (ANTARA News) - Kepala Balai Taman Nasional Ujung Kulon (BTNUK) Pandeglang Haryono menyatakan Yayasan Ujung Kulon (Yukindo) merupakan mitra dalam upaya penyelamatan badak jawa.

"Kita menyambut keberadaan Yukindo ini karena bisa menjadi mitra kami dalam menyelamatkan dan meningkatkan populasi badak jawa," katanya di Pandeglang, Kamis.

Program Yukindo, kata dia, sejalan dengan Balai TNUK, yakni menyelamatkan badak jawa dan memelihara kawasan TNUK serta sumber daya hayati yang ada di dalamnya.

"Kami juga mempunyai program pemberdayaan masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan TNUK, dan ternyata Yukindo juga memiliki program tersebut, jadi memang benar-benar sejalan," ujarnya.

Direktur Eksekutif Yukindo Enjat Sudrajat menyatakan, siap membantu mengembangkan populasi badak jawa yang hidup di Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) Pandeglang.

"Yukindo ini terbentuk karena kepedulian untuk melestarikan TNUK dan sumber daya hayati yang ada di dalamnya, termasuk badak jawa," kata Direktur Eksekutif Yukindo Enjat Sudrajat.

Selain itu, kata dia, Yukindo juga akan membantu pemberdayaan masyarakat yang tinggi di sekitar kawasan TNUK yang merupakan hutan tropis terbesar di Pulau Jawa itu.

Terkait dengan pengembangna badak jawa, menurut dia, langkah awal yang akan dilaksanakan yakni pembabatan tanaman langkap yang saat ini banyak hidup di kawasan TNUK.

"Kita harus membabat tanaman langkap ini karena `membunuh` tanaman lain yang menjadi pakan utama badak jawa," katanya.

Akibat banyaknya tanaman langkap, kata dia, tanaman yang menjadi pakan utama badak jawa semakin menipis, dan kalau dibiarkan lambat laut akan hilang dan eksesnya badak akan kekurangan pakan.

Setelah langkap dibabat, kata dia, lahan tersebut akan ditanami tanaman yang menjadi pakan badak jawa. Dengan sistem ini diharapkan badak tidak akan kekurangan pakan sehingga mendorong penambahan populasi. (S031/D007)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2013