lebih karena harga-harga komoditi terutama CPO, barang tambang mengalami kemerosotan
Jakarta (ANTARA News) - Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan total nilai ekspor Indonesia selama tahun 2012 (Januari-Desember) mencapai 190,04 miliar dolar AS, turun 6,61 persen dibanding periode sama tahun 2011 yang mencapai 203,5 miliar dolar AS.

"Secara keseluruhan selama tahun lalu (2012) baik sektor migas maupun non migas merosot yang mengakibatkan terjadi akumulasi penurunan total ekspor," kata Kepala BPS, Suryamin, di Gedung BPS, Jumat.

Total ekspor migas selama tahun 2012 tercatat 36,97 miliar dolar AS turun 10,86 persen dibanding total ekspor migas tahun 2011 yang mencapai 41,48 miliar dolar AS. Sedangkan ekspor nonmigas merosot 5,52 persen dari 162,12 miliar dolar AS menjadi hanya 153,07 miliar dolar AS.

Menurut Suryamin, pada sektor migas penurunan dipicu merosotnya ekspor minyak mentah sebesar 11 persen dari 13,83 miliar dolar AS menjadi 12,29 miliar dolar AS, penurunan hasil minyak sebesar 12,93 persen dari 4,77 miliar dolar AS menjadi 4,16 miliar dolar AS.

Penurunan juga diikuti ekspor gas yang merosot 10,28 persen dari 22,87 miliar dolar AS pada tahun 2011 menjadi hanya 20,52 miliar dolar AS pada tahun 2012.

Suryamin menambahkan, selama tahun 2012 dari 10 komoditas nonmigas tercatat tujuh mengalami penurunan ekspor seperti bahan bakar mineral, lemak dan minyak lemak nabati, mesin/peralatan listrik, karet dan barang dari karet, komoditi bijih, kerak dan abu logam, kertas/karton, dan pakaian jadi bukan rajutan.

Sedangkan komoditas nonmigas yang mengalami kenaikan hanya tiga yaitu mesin-mesin/pesawat mekanik, dan kendaraan dan bagiannya.

"Selama periode Januari-Desember 2012, ekspor dari 10 golongan barang tersebut memberikan kontribusi 63,05 persen terhadap total ekspor nonmigas," kata Suryamin.

Sementara itu berdasarkan tujuan ekspor, selama tahun 2012, ekspor Indonesia terbesar masih ke China yang mencapai 20,86 miliar dolar AS atau mengkontribusi 13,63 terhadap total ekspor nasional, disusul Jepang sebesar 17,23 miliar dolar AS (11,25 persen), selanjutnya ke Amerika Serikat 14,59 miliar dolar AS (9,53 persen), dan India sebesar 12,45 miliar dolar AS.

Khusus ke negara-negara ASEAN, Singapura masih menjadi tujuan ekspor Indonesia terbesar yang mencapai 10,56 miliar dolar AS, disusul Malaysia 8,47 miliar dolar AS, selanjutnya Thailand 5,49 miliar dolar AS.

Sedangkan ekspor ke negara-negara Uni Eropa, terbesar yaitu ke Jerman yang mencapai 3,07 milair dolar AS, selanjutnya Inggris 1,7 miliar dolar AS, dan Perancis sebesar 1,13 miliar dolar AS.

"Umumnya nilai ekspor Indonesia hampir ke seluruh negara tujuan mengalami penurunan, meskipun dari sisi volume ekspor mengalami peningkatan. Penurunan nilai ekspor lebih karena harga-harga komoditi terutama CPO, barang tambang mengalami kemerosotan," tegas Suryamin.

Meskipun demikian ia menjelaskan, pekerjaan pemerintah untuk lebih menggenjot volume ekspor masih cukup tinggi terutama ke negara-negara

Adapun total ekspor menurut sektor, BPS mencatat bahwa selama tahun 2012 didominasi sektor industri yang mencapai 61,11 persen, disusul sektor migas 19,45 persen, sektor tambang 16,5 persen, dan pertanian sebesar 2,94 persen.

Impor

Sementara itu total impor Indonesia selama tahun 2012 (Januari-Desember) mencapai 191,67 miliar dolar AS, meningkat 8,02 persen dibanding periode sama tahun 2011 yang mencapai 177,44 miliar dolar AS.

Kenaikan total nilai impor terutama didorong melonjaknya impor migas sebesar 4,58 persen dari 40,71 miliar dolar AS menjadi 42,57 miliar dolar AS, dan impor nonmigas sebesar 9,05 miliar dari 136,73 miliar dolar AS menjadi 149,11 miliar dolar AS.

"Kenaikan impor migas disebabkan peningkatan impor hasil minyak dan gas masing-masing sebesar 1,94 prsen dan 118,17 persen," kata Suryamin.

Adapun kenaikan impor 10 barang nonmigas tertinggi selama tahun 2012 dibanding tahun sebelumnya adalah barang dari besi dan baja yang meningkat 36,82 persen dari 3,57 miliar dolar AS menjadi 4,89 miliar dolar AS, disusul impor kapal terbang dan bagiannya naik 31,39 persen menjadi 4,4 miliar dolar AS, kendaraan bermotor dan bagiannya naik 28,29 persen menjadi 9,75 miliar dolar AS.

Sedangkan impor nonmigas yang mengalami penurunan yaitu serelia dari 4,75 miliar dolar AS menjadi 3,71 miliar dolar AS.

Suryamin mengatakan, secara keseluruhan peningkatan impor selain didorong tingginya permintaan pasar dalam negeri, juga akibat meningkatnya barang modal.

"Peningkatan barang modal merupakan sinyal tumbuhnya sektor riil, terutama industri dan manufaktur," katanya.

Dijelaskannya, dari total impor nonmigas Indonesia selama tahun 2012, jumlah impor terbesar berasal dari China yang mencapai 28,96 miliar dolar AS, diikuti Jepang 22,69 miliar dolar AS, berikutnya Amerika Serikat 11,56 miliar dolar AS, Thailan 11,29 miliar dolar AS, Singapura 10,64 miliar dolar AS.

Selanjutnya impor dari Korea Selatan mencapai 8,3 miliar dolar AS, Malaysia 6,32 miliar dolar AS, Australia 5,07 miliar dolar AS, Taiwan 4,2 miliard dolar AS, Jerman 4,18 miliar dolar AS, India 4,02 miliar dolar AS, Perancis 1,89 miliar dolar AS, Inggris 0,92 miliar dolar AS.

"Total impor Indonesia dari ke-13 negara tersebut mencapai 80,77 persen dari total impor nasional," kata Suryamin.
(R017)

Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2013