Yogyakarta (ANTARA) - Kantor Wilayah Kementerian Agama Daerah Istimewa Yogyakarta menggandeng seluruh guru bimbingan konseling (BK) madrasah aliyah di lima kabupaten/kota untuk mencegah stunting melalui bimbingan pranikah bagi remaja usia sekolah.

"Ini salah satu upaya untuk menurunkan angka stunting. Jangan sampai ada nikah usia remaja yang nanti berakibat stunting," kata Kepala Bidang Urusan Agama Islam (Urais) Kanwil Kemenag DIY Jauhar Mustofa di Yogyakarta, Senin.

Pada 2023, Kanwil Kemenag DIY memberikan bimbingan teknis terkait program bimbingan pranikah bagi remaja usia sekolah (BRUS) kepada seluruh guru BK dari 71 madrasah aliyah yang tersebar di lima kabupaten/kota.

Baca juga: Dinkes DIY tangani kasus stunting dengan pendekatan siklus kehidupan

Setelah mendapatkan bimbingan teknik (Bimtek), Jauhar berharap mereka dapat menjangkau dan mengedukasi seluruh siswa madrasah aliyah di DIY.

"Jadi, pendidikan nikah, pendidikan keluarga bagi remaja kan memang tidak diberikan di sekolah, sehingga rata-rata calon pengantin tidak punya pengetahuan terkait itu," kata dia.

Menurut dia, perempuan yang menikah pada usia remaja atau SMA, saat organ reproduksinya belum siap untuk kehamilan akan berisiko melahirkan anak stunting, sehingga ilmu kesehatan reproduksi juga ditekankan melalui program itu.

"Kalau usia SMA menikah, berpeluang besar melahirkan anak stunting," kata dia.

Anggaran BRUS dari Kemenag RI, kata dia, sangat terbatas, yakni diperuntukkan hanya untuk 6.500 siswa, padahal jumlah siswa madrasah aliyah di DIY mencapai 19 ribu.

"Maka, kami ambil kebijakan memberikan bimtek guru-guru BK madrasah," kata dia.

Karena keterbatasan anggaran, kata Jauhar, program bimbingan pranikah bagi remaja usia sekolah pada tahap awal tidak sekaligus menyasar guru serta siswa SMA/SLTA di DIY.

Baca juga: Pemda DIY yakin tekan angka stunting menjadi 14 persen pada 2024

Baca juga: BKKBN gelontor Rp32,9 miliar untuk penanggulangan stunting di DIY


"Tahun ini madrasah dulu, kami evaluasi sejauh mana keberhasilannya, baru nanti ke SMA," kata dia.

Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinkes DIY Endang Pamungkasiwi mengatakan prevalensi kasus stunting di DIY pada 2019 mencapai 21,04 persen, kemudian menjadi 17,3 persen pada 2021, dan kembali menurun pada 2022 menjadi 16,4 persen.

Dia optimistis mampu menekan angka prevalensi anak lahir dalam keadaan kerdil (stunting) di DIY menjadi 14 persen pada 2024 dengan didukung intervensi kesehatan dan non-kesehatan lintas sektor termasuk Kanwil Kemenag DIY.

Pewarta: Luqman Hakim
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2023