Jakarta (ANTARA) - Ketua Indonesia Technical Advisory Group of Immunization (ITAGI) dr Sri Rezeki Hadinegoro menegaskan bahwa imunisasi tidak berbahaya bagi anak-anak.

"Tidak usah takut dengan vaksin atau imunisasi hanya karena akan memasukkan zat yang belum anda ketahui dalam tubuh anak," katanya dalam acara Childhood Immunization Update (CIU) 2023 yang diadakan di Jakarta, Senin.
 
Sri mengatakan seperti halnya proses bernapas, manusia juga tidak mengetahui zat apa saja yang dihirup oleh manusia. Dia mengibaratkan dengan kebiasaan masyarakat Indonesia yang cenderung mencium bayi dan balita secara sembarangan.
 
Ia mengatakan bahwa kebiasaan 'asal mencium' bayi dan balita tersebut sebetulnya sangat dilarang dalam dunia kesehatan karena akan terjadi proses transfer bakteri.
 
"Artinya kan itu juga memasukkan virus, tapi anak-anak tidak sakit kan? Itu namanya antigen, bisa menimbulkan zat antibodi," ujar Guru Besar Ilmu Kesehatan Anak di Universitas Indonesia tersebut.

Baca juga: Kemenkes: Imunisasi perkuat proteksi yang diberikan ASI pada anak

Baca juga: Dokter anak jelaskan vaksin apa saja yang perlu diberikan kepada anak

 
Selain itu, dia juga mengibaratkan dengan ibu yang menyuapi anaknya menggunakan tangan secara langsung tanpa bantuan alat makan. "Ada yg menyuapi anak pakai tangan, apakah sudah cuci tangan? Bahkan ada yang membantu mengunyah terlebih dahulu baru disuapi, apa bersih? Itu jauh lebih kotor dari vaksin," ujarnya.
 
Ia menyebutkan tubuh manusia dewasa pada dasarnya bisa menerima jutaan bakteri dan tidak merasa sakit. Bagi anak-anak, sambungnya, bisa dibantu dengan ASI untuk antibodi dari penyakit ringan, serta vaksin imunisasi untuk mencegah anak dari penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I).
 
"Vaksin memberikan kekebalan tubuh dengan cara yg lebih bertanggung jawab, juga secara keilmuan, tidak ada istilah overload antigen vaksin untuk bayi," ungkapnya.
 
Maka dari itu, dia mengimbau kepada masyarakat agar tidak lagi ragu untuk mengimunisasi anaknya karena vaksin aman dan membantu penyebaran P3DI.
 
Baca juga: WHO luncurkan kampanye "Big Catch-up" untuk vaksinasi anak

Baca juga: Dokter sarankan orangtua lengkapi imunisasi polio suntik pada balita

Pewarta: Sean Filo Muhamad
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2023