Indonesia siap memberikan bantuan teknis kepada Liberia seperti pelatihan pertanian dan teknis perikanan,"
Monrovia (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bersama PM Inggris David Cameron dan Presiden Liberia Ellen Johnson Sirleaf di Monrovia, Jumat, memimpin Panel Tinggi PBB untuk merumuskan pembangunan global berkelanjutan dan pengentasan kemiskinan di seluruh penjuru dunia.

Pertemuan berlangsung di Royal Hotel dengan penjagaan dari pasukan PBB yang tergabung dalam Misi PBB untuk Liberia (UNMIL). Rakyat Liberia yang berjumlah 4,3 juta orang menyambut kedatangan tokoh pemimpin dunia itu karena tidak banyak kepala negara yang bisa datang ke negeri di Afrika Barat yang sebelumnya dilanda perang saudara tersebut.

Keamanan dan kestabilan negeri asal pemain bola George Weah itu bergantung kepada pasukan penjaga perdamaian dan polisi dibawah naungan UNMIL. Di seantero kota Monrovia kendaraan milik PBB berseliweran dan sejumlah jalan ke arah Royal Hotel ditutup. Sejumlah aktivis melakukan unjuk rasa, sebagian mendukung dan sebagian menentang.

Presiden SBY sendiri mengaku bangga karena menjadi Presiden Indonesia pertama yang bisa datang ke Liberia yang Ibukotanya Monrovia mirip Jakarta di era tahun 1970-an.

"Indonesia siap memberikan bantuan teknis kepada Liberia seperti pelatihan pertanian dan teknis perikanan," kata Presiden SBY dalam konferensi pers bersama Presiden Sirleaf.

SBY, Sirleaf dan Cameron diberi mandat oleh Sekjen PBB Ban Ki Moon untuk merumuskan dan merekomendasikan pembangunan global pasca MDGs berakhir tahun 2015. Mereka bersama 27 anggota Panel Tinggi lain harus merampungan rekomendasi bulan Mei 2013 dan diserahkan kepada Sekjen PBB di New York.

Seperti poster-poster yang diusung para pengunjuk rasa, Panel Tinggi PBB itu akan merekomendasikan bagaimana Pasca 2015, korupsi diberantas habis, kemiskinan dientaskan tuntas, dan pendidikan untuk semua orang.

Salah satu program adalah bagaimana memberikan akses air bersih dan kesehatan lingkungan kepada 780 juta penduduk dunia, sebagian besar di Afrika. Menurut Presiden Sirleaf tanpa akses ke air bersih dan kesehatan lingkungan, anak-anak di Liberia tidak bisa bersekolah, biaya kesehatan membebani ekonomi nasional, dan pengangguran. Anak-anak dan wanita terus menggali air dari sumber yang kotor.

LSM Internasional Charity memperkirakan dengan menyediakan sanitasi lingkungan pada 2015 sebanyak 400.000 anak-anak balita bisa diselamatkan di seluruh dunia, 100.000 di Nigeria dan 66.000 di India.
(A017)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013