Jakarta (ANTARA News) - Setidaknya untuk enam bulan ke depan, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan masyarakat internasional lainnya yang selama ini membantu warga Suriah yang menderita karena konflik, bisa bernapas lega.

Salah satu kendala mereka dalam memberikan bantuan untuk sementara telah teratasi.

Konferensi Internasional Kemanusiaan untuk Suriah (International Humanitarian Pledging Conference for Syria) yang diselenggarakan di Bayan Palace, Kuwait City, pada Rabu (30/1), akhirnya mengumpulkan dana bantuan lebih dari target yang sebesar 1,5 miliar dolar AS.

Jumlah 1,5 miliar dolar AS tersebut merupakan perkiraan kebutuhan untuk membantu pengungsi dan warga yang masih berada di Suriah hingga Juni 2013.

"Hari ini (Rabu), kita menyaksikan solidaritas terbentuk," kata Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon dalam konferensi tersebut. "Kita telah membawa pesan tentang harapan bagi jutaan warga Suriah yang terdampak krisis yang menakutkan ini," tambah Ban.

Solidaritas masyarakat internasional melalui bantuan itu tumbuh karena mereka maklum bahwa warga Suriah menghadapi bencana yang makin memburuk dari hari ke hari.

Kekerasan tanpa henti, kurangnya pasokan makanan dan obat-obatan, dan kekerasan HAM, termasuk kekerasan seksual dan penahanan yang sewenang-wenang, merupakan daftar harian yang mereka hadapi.

Setelah 22 bulan munculnya perlawanan atas Presiden Bashar al-Assad, konflik di Suriah terus berlanjut yang mengakibatkan kerusakan dan penderitaan manusia.

Menurut Kantor Komisioner Tinggi HAM PBB jumlah korban tewas secara keseluruhan mencapai lebih dari 60.000 orang sejak krisis terjadi pada bulan Maret 2011.

Ban Ki-moon yang mengetuai konferensi itu mengatakan PBB akan menjamin bahwa dana terkumpul itu akan dimanfaatkan secara efektif guna memenuhi upaya penyelamatan hidup yang sangat penting yang dibutuhkan warga Suriah.

Dalam konferensi yang dibuka oleh Emir Kuwait Sheikh Sabah Al Ahmed al Jabar Al Sabah, Sekjen PBB itu minta kepada masyarakat internasional untuk menyediakan dana yang sangat dibutuhkan, selain juga menekankan perlunya solusi politik untuk mengatasi krisis yang tidak dapat diselesaikan melalui bantuan kemanusiaan semata.

Ban Ki-moon juga menegaskan bahwa dana bantuan dari negara-negara donor itu bukanlah untuk membeli persenjataan bagi penduduk sipil Suriah.

"Bantuan itu untuk membantu memulihkan kondisi fisik dan psikis warga Suriah," katanya.

Ban Ki-moon menegaskan hal itu terkait dengan banyaknya permintaan dari sejumlah pihak yang minta supaya warga Suriah dipersenjatai untuk melawan pemerintah.

Menurut Ban, pihaknya tidak mau terjebak dalam masalah konflik yang terjadi.

Pihaknya hanya ingin pertikaian yang terjadi di negara yang dipimpin oleh Bashar al-Assad itu segera berakhir. "Apa pun bentuk kekerasan, harus segera dihentikan," tegasnya.

Sebab, kata dia, semua konflik itu telah menyebabkan berbagai kerusakan baik fisik maupun nonfisik.

Ia menambahkan, akibat konflik yang terjadi di Suriah, sampai saat ini sekitar empat juta orang kehilangan tempat tinggal. Bahkan, sekitar 540.000 jiwa di antaranya adalah anak-anak.

Sementara Wakil Perdana Menteri, yang juga Menteri Luar Negeri Kuwait Sheikh Sabah al-Khaled al-Sabah menegaskan bahwa pihaknya memiliki komitmen yang kuat untuk mendorong terciptanya perdamaian yang terjadi di Suriah.

Pemerintah Kuwait, katanya, tak mau terjebak dalam persoalan konflik yang terjadi.

"Kita ingin semuanya berdamai, tak ada konflik dan jatuhnya korban jiwa," ujarnya.

Kendala bantuan berupa kurangnya dana diungkapkan Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB. Dikatakannya bahwa baru terkumpul persentase kecil dari pendanaan yang dibutuhkan sehingga membatasi kemampuan badan-badan PBB dan mitra kemanusiaannya.

Dalam konferensi itu sendiri disampaikan kesenjangan bantuan untuk dua rencana yakni Syria Humanitarian Respons Plan (SHARP) dan Syria Regional Response Plan (RRP).

Kedua rencana tersebut disebut-sebut membutuhkan dana 1,5 miliar dolar AS untuk membantu jutaan warga sipil yang terdampak oleh konflik yang masih berlangsung di Suriah selama enam bulan ke depan, termasuk warga di negara itu serta yang lainnya yang mengungsi melalui perbatasan.

Sekitar satu miliar dolar AS untuk RRP, yang akan mendukung lebih dari setengah pengungsi yang meninggalkan Suriah ke Yordania, Irak, Libanon, Turki, dan Mesir.

Sementara SHARP membutuhkan lebih dari 519 juta dolar AS untuk membantu lebih dari empat juta warga di Suriah, termasuk sekitar dua juta orang yang terpaksa meninggalkan tempat tinggalnya.

Menurut Koordinator Bantuan Darurat PBB Valerie Amos, dana sebesar 519 juta dolar AS dari keseluruhan bantuan 1,5 miliar dolar AS itu akan digunakan untuk kerja kemanusiaan di 10 sektor di dalam negara Suriah guna memenuhi kebutuhan dasar.

Amos menambahkan bahwa rencana itu didasari oleh empat prioritas yang terdiri atas menyediakan pasokan bantuan seperti makanan, kesehatan dan air, serta membantu masyarakat yang meninggalkan rumah mereka dan komunitas yang menampung mereka.

Selain itu, mendukung rekonstruksi infrastruktur yang rusak parah, serta membantu warga termiskin agar tidak menjadi makin melarat.

Amos yang baru saja mengunjungi Suriah menekankan kebutuhan atas lebih banyak dana manakala badan-badan mengerahkan lebih banyak staf dan pasokan ke negara itu dan tetangganya, yakni Irak, Yordania, Libanon, dan Turki, untuk meningkatkan upaya berkelanjutan seperti yang sudah dilaksanakan selama ini.

Badan-badan PBB dan komunitas kemanusiaan di Suriah terus menyediakan bantuan kepada masyarakat yang membutuhkan di tengah situasi yang berbahaya, kelangkaan bahan bakar minyak, kekurangan kapasitas, dan hambatan administratif.

Lalu, ketika ditanya bagaimana jika hingga enam bulan ke depan konflik belum terselesaikan dan terus berlangsung, Menlu Kuwait Sheikh Sabah al-Khaled al-Sabah mengatakan kemungkinan akan dilaksanakan konferensi serupa.
(A023/D007)

Oleh Ahmad Buchori
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013