Semarang (ANTARA) - Matahari kian meninggi ketika perkuliahan di Kampus Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Pendidikan UIN Salatiga memasuki waktu istirahat. Puluhan mahasiswa tampak bertengger di bangku-bangku memanjang warna hijau. Mereka sedang menikmati santap siang atau sekadar menyeruput segelas es kopi ditemani pisang goreng cokelat.

Di sela jeda itu, salah seorang mahasiswa semester akhir itu bergegas mengganti kemeja yang digunakan dengan baju dinas warna hijau bertuliskan "Kantin Kontainer IAIN Salatiga" di bagian punggung.

Kepada wartawan yang sedang berkunjung ke kampus yang berlokasi di Sidorejo, Salatiga, Jawa Tengah, Rabu, mahasiswa Pendidikan Agama Islam (PAI) bernama Ahmad Busro Mustofa itu, mengaku sebagai koordinator karyawan Kantin Kontainer UIN Salatiga periode 2020-2023.

Busro, demikian ia disapa, mengatakan pekerjaan itu diberikan oleh lembaga filantropi Dompet Dhuafa Jawa Tengah sebagai fasilitator program pemberdayaan kemampuan berwirausaha di UIN Salatiga.

Selain memberikan fasilitas berwirausaha, Dompet Dhuafa berharap kegiatan bisnis itu dapat menyokong kebutuhan perkuliahan para mahasiswa kurang mampu di kampus yang baru berganti nama dari Institut Agama Islam Negeri (IAIN) menjadi UIN berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 88 Tahun 2022 yang diterbitkan pada 8 Juni 2022 itu.

Makanya, konsep dagang yang digunakan adalah "keuntungan dari mahasiswa untuk mahasiswa". Artinya dampak dari beroperasinya Kantin Kontainer UIN Salatiga tidak hanya dirasakan para pengelolanya tapi juga para mahasiswa UIN Salatiga yang tertarik mencoba berwirausaha dengan cara menyuplai dagangan ke Kantin Kontainer UIN Salatiga.

Kantin yang beroperasi pada pukul 07.00 pagi hingga 16.00 petang itu menyediakan kesempatan kepada mahasiswa untuk menyuplai berbagai menu yang dihidangkan, mulai dari makanan ringan, kudapan gorengan, kopi, roti, mi instan, hingga makanan berat seperti nasi bakar dan soto.

Pengelola kantin yang ada di garis depan yang melayani pembeli juga merupakan mahasiswa UIN Salatiga. Sedikitnya ada empat mahasiswa menjadi frontliner saat ini, setelah Kantin Kontainer UIN Salatiga vakum pada 2020 akibat pandemi.

Dulu waktu masih awal beroperasi mulai 2016-2020, pengelola kantin berjumlah 10 orang, di luar seorang ibu penerima manfaat zakat, infak, dan sedekah (ZIS) Dompet Dhuafa Jawa Tengah yang bertugas di dapur.

Dengan 10 orang, satu orang pengelola kantin dalam sebulan bisa meraup upah bersih Rp500 ribu sampai Rp700 ribu. Upah sebesar itu sudah dipotong 2,5 persen dari upah kotor bulanan mereka.

Akhir 2022, kantin beroperasi lagi dengan tersisa empat orang frontliner karena sebagian pengelola kantin kontainer periode 2020-2023 sudah ada yang lulus.

Dengan jumlah personel tersisa, upah bersih yang didapat per bulan pun meningkat menjadi Rp1 juta sampai Rp1,2 juta, setelah dipotong 2,5 persen untuk zakat, infak, dan sedekah di Dompet Dhuafa.

Dengan upah sebesar itu, menurut Busro, uang kuliah tunggal (UKT) sejak semester tiganya sudah dibiayai penuh dari hasil berwirausaha di Kantin Kontainer UIN Salatiga.

Kepala Cabang Dompet Dhuafa Jawa Tengah Zaini Tafrikhan mengatakan pemotongan upah masing-masing pengelola kantin sebesar 2,5 persen disetorkan kembali ke Dompet Dhuafa sebagai bentuk edukasi dan membiasakan mahasiswa menyisihkan sebagian pendapatan mereka dari niaga untuk zakat, infak, dan sedekah (ZIS).

Meskipun pendapatan di bawah Rp2 juta per bulan belum masuk nisab (batas pendapatan wajib dalam setahun) untuk berzakat harta, edukasi seperti itu bertujuan membangun kebiasaan kepada mahasiswa, utamanya setelah mereka lulus dan memulai karier atau berwirausaha, mesti mengeluarkan kewajiban zakat.

Batas minimal nisab untuk berzakat harta (zakat maal) jika seseorang dalam setahun memperoleh pendapatan setara dengan 85 gram emas.

Hingga saat ini, periode kepengurusan di Kantin Kontainer UIN Salatiga dinilai perlu regenerasi. Hal itu dikatakan Wakil Dekan I Fakultas Dakwah Achmad Maimun.

Achmad menilai metode pembelajaran berwirausaha seperti yang diterapkan dalam program Dompet Dhuafa itu memiliki sisi edukasi yang penting diketahui oleh setiap mahasiswa UIN Salatiga.

Karena, menurut dia, adanya indikator performa khusus yang didapat pengelola kantin kontainer dalam aspek kewirausahaan--di luar indikator performa kunci di bidang perkuliahan-- membuat mereka lebih siap dan terampil untuk terjun bermasyarakat.

Terutama karena mahasiswa pengelola kantin dihadapkan dengan pendapatan per bulan mencapai Rp20 juta, mereka juga mesti belajar menyisihkan 10 persen untuk tabungan pengembangan usaha serta Rp5 juta sebagai biaya operasional.
Karyawan Kantin Kontainer UIN Salatiga melayani mahasiswa yang tengah berbelanja di area kampus yang berlokasi di Sidorejo, Salatiga, Jawa Tengah, Rabu (31/5/2023). ANTARA/Abdu Faisal


Salah satunya pengembangan usaha yang disarankan misalnya mengoperasikan food truck agar berjualan bisa lebih mobile ketika perkuliahan sedang tidak berjalan. Ide ini merupakan gagasan dari salah seorang pendiri Dompet Dhuafa Parni hadi ketika berkunjung ke UIN Salatiga.

Manajemen pengembangan usaha ini dapat melatih kecakapan dan kejujuran mahasiswa, yang belum tentu bisa didapatkan hanya dari bangku perkuliahan.

Selain itu, Achmad juga mengarahkan para pengelola untuk segera melakukan penerimaan anggota baru yang bisa diikuti mahasiswa semester 3 hingga 7 yang memang memenuhi kriteria tidak mampu, memenuhi indeks prestasi kumulatif minimal 2,7, serta mau belajar berwirausaha.

Idealnya, program kantin kontainer dikelola oleh 10 mahasiswa, bukan empat orang saja supaya pengelola bisa lebih gampang membagi waktu luang antara berkuliah dan berwirausaha, terutama bagi mahasiswa yang sudah masuk semester akhir seperti Busro.

Regenerasi tersebut juga diharapkan menjadi bekal kepada mahasiswa yang lulus dari UIN Salatiga agar pada masa depan tidak hanya sekadar mencari kerja.

Lebih dari itu, mereka juga berperan dalam menciptakan sumber daya manusia yang unggul berbekal dari pengelolaan usaha kantin itu.



Editor: Achmad Zaenal M

 

Editor: Achmad Zaenal M
Copyright © ANTARA 2023