Jakarta (ANTARA) -
Direktur Kualitas Udara World Resources Institut (WRI) wilayah Meksiko, Amerika Utara Beatriz Cardenas membahas pentingnya kolaborasi untuk mengatasi polusi dan meningkatkan kualitas udara di Indonesia dengan membentuk Komunitas Praktisi Asia Tenggara untuk udara bersih.
 
Komunitas ini dibentuk atas kerja sama WRI dengan Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) khususnya di wilayah Asia Tenggara, pemerintah, akademisi, dan seluruh pemangku kepentingan pada Konferensi Internasional untuk Iklim dan Udara Bersih 2023 yang diselenggarakan di Kantor PBB Bangkok, Thailand.
 
“Tantangan sesama komunitas praktisi itu hanya berbicara dengan sesama, artinya organisasi NGO dengan NGO, pemerintah dengan pemerintah, akademisi dengan akademisi. Kehadiran komunitas praktisi ini ingin menjembatani sehingga semua berada di dalam satu wadah yang sama, sehingga dialog antarprofesi bisa dilakukan untuk meningkatkan kualitas udara yang kita hirup,” kata Beatriz pada diskusi yang diikuti secara daring di Jakarta, Rabu.
 
Beatriz mengatakan, salah satu kunci intervensi yang bisa dilakukan untuk memperbaiki kualitas udara adalah memahami betul sumber polusi atau emisi yang menyebabkan kualitas udara menurun dengan data dan sumber saintifik, sehingga para pemangku kepentingan dapat bergerak bersama untuk mencari solusinya.
 
“Untuk mengetahui penyebab kualitas udara menurun, kita perlu data dan pendekatan-pendekatan yang saintifik dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya, jadi ada bukti yang kuat, dan ini dapat dilakukan apabila masing-masing negara atau praktisi, baik itu pemerintah, organisasi masyarakat sipil, maupun akademisi saling berbagi pengetahuan dengan latar belakang kemampuan masing-masing,” ujar dia.
 
Ia menuturkan, penting untuk membuat wadah dengan keberagaman keahlian atau profesi, untuk mendorong pemangku kepentingan agar membuat kebijakan data berbasis pengetahuan.
 
“Keberagaman keahlian atau profesi ini nantinya tidak terbatas hanya pada tiga negara atau kota di dalamnya, jadi kami memang ingin menambah jumlah kota, karena tujuan utamanya memang mendukung pengambil kebijakan untuk memutuskan sesuatu berbasis data dan pengetahuan,” katanya.
 
Adapun komunitas praktisi untuk udara yang lebih baik pertama akan fokus pada Indonesia, Malaysia, dan Filipina, tetapi komunitas ini juga terbuka untuk kota-kota kecil di Indonesia maupun Asia Tenggara yang ingin bergabung untuk berkolaborasi demi kualitas udara yang lebih baik.
 
Sebelumnya, berdasarkan data dari situs resmi Indeks Kualitas Udara atau Air Quality Index (AQI) Indonesia per hari ini pukul 16:08 WIB, Jakarta tercatat memiliki kualitas udara 144, yang artinya tidak sehat bagi kelompok sensitif, dan menempati peringkat ke-7 kualitas udara terburuk di dunia.


Baca juga: KLHK perluas kegiatan uji emisi ke seluruh Indonesia
Baca juga: Sejumlah alat pengukur kualitas udara akan dipasang di Badung-Bali

Pewarta: Lintang Budiyanti Prameswari
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2023