Jakarta (ANTARA News) - Menperin Fahmi Idris optimis target pertumbuhan industri tahun 2006 sebesar 7,7 persen akan tercapai, meskipun pada triwulan pertumbuhan pertumbuhan industri rata-rata baru mencapai 2,83 persen. "Optimis, karena kira-kira pada semester kedua akan terjadi banyak perubahan yang cukup substansial," katanya di Jakarta, Senin, menanggapi pertanyaan apakah ia optimis pertumbuhan industri 2006 akan tercapai karena ada kecenderungan kinerja industri terus menurun. Fahmi mengatakan perubahan substantial yang akan dilakukan pemerintah dan diyakininya bisa mendorong peningkatan kinerja industri antara lain kebijakan tarif. "Kebijakan tarif akan dilakukan berbagai perubahan." Selain itu, kata dia, pertumbuhan industri yang lebih baik pada semester kedua akan ditopang oleh masuknya berbagai investasi baru maupun perluasan, antara lain yang sudah masuk adalah industri tekstil, sepatu/alas kaki, otomotif, baja, serta makanan dan minuman. Menanggapi pertanyaan apakah BI rate yang masih tinggi (12,50 persen) pada saat ini tidak akan mengganggu pertumbuhan industri pada semester kedua, Fahmi tidak menjawab secara tegas. "Kalaupun nanti pada semester kedua, gejalanya tidak menunjukkan sebagaimana yang kita harapkan, barangkali nanti akan ada koreksi-koreksi," ujarnya. Pada triwulan pertama 2006, pertumbuhan industri non migas nasional hanya tumbuh rata-rata 2,83 persen atau turun dibandingkan periode yang sama 2005 yang tumbuh 7,53 persen. Sejumlah kelompok industri tumbuh negatif, dan kalaupun ada yang tumbuh positif tidak besar pertumbuhannya. Sejumlah industri yang tumbuh negatif adalah kelompok industri tekstil, barang kulit, dan alas kaki tumbuh (0,28 persen) dan kelompok industri barang kayu dan hasil hutan (5,76 persen). Selain itu kelompok industri lain yang tumbuh negatif adalah kelompok industri kertas dan barang cetakan (4,25 persen) serta kelompok semen dan barang galian bukan logam (6,24 persen). Sedangkan industri non migas yang tumbuh positif adalah kelompok industri alat angkut, mesin, dan peralatan (9,82 persen), kelompok industri logam dasar besi dan baja (2,87 persen), kelompok industri pupuk, kimia, dan barang karet (1,96 persen) dan kelompok industri makanan, minuman, dan tembakau (1,27 persen).(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2006