Harapan saya, jalinan erat media Malaysia dan Indonesia akan terus utuh serta menjadi jambatan untuk memelihara hubungan baik kedua negara
Jakarta (ANTARA) - Wajahnya bersih. Tutur katanya tenang, tidak meledak-ledak. Lima kali bertemu Datuk Seri Ismail Sabri Yaakob. Tiga kali semasa menjabat Perdana Menteri, dua kali setelah tidak lagi PM. Sikapnya tidak berubah, tetap ramah dan lebih suka mendengar.

Senin (29/5/23) malam, kami Ikatan Setiakawan Wartawan Malaysia-Indonesia (Iswami), makan malam bersama Pak Ismail di Red Chinese Cuisine, Hotel Pullman, Kuala Lumpur. Selama sekitar 2 jam, kami bertukar cerita tentang isu-isu kebebasan media, politik, pemilihan presiden tahun depan, juga kuliner.

Di Jakarta, Pak Ismail menyukai sop buntut Hotel Borobudur, makan di Restoran Pagi Sore. Ilham Bintang dan Uni Lubis, dua wartawan senior yang hadir, berencana mengajak Pak Ismail jika nanti ke Jakarta, makan sop kaki kambing Dudung di Roxy, Jakarta Pusat. Pak Ismail menyambutnya dengan gembira.

“Harapan saya, jalinan erat media Malaysia dan Indonesia akan terus utuh serta menjadi jambatan untuk memelihara hubungan baik kedua negara,” kata Pak DSIS.

“Jika ke Indonesia, saya akan cuba mencari ruang untuk ngopi,” lanjutnya.

Pada Hari Wartawan Nasional (Hawana) Mei tahun lalu, kami dikejutkan Pak Ismail, saat itu Perdana Menteri. Lima belas pemimpin redaksi media Jakarta diajak makan siang bersama di Perdana Putra, istana PM. Usai makan siang, di bawah tenda terbuka halaman istana, kami diajak makan durian musang king, udang merah, dan duri hitam (black thorn).

“Rasa black thorn manis, tak pahit. Saya suka makan black thorn bersama pulut (ketan). Durian favorit saya musang king,” kata PM Ismail Sabri saat itu.

Pak Ismail kemudian memperlihatkan kepada kami penangkal aroma durian dengan cara meminum air mineral dari kulit bagian dalam durian.

Pak Ismail tentu tidak asing dengan durian. Masa kecilnya di Temerloh, Pahang, banyak perkebunan durian. November 2022, saya dan N. Syamsuddin CH Haesy ke kampung Pak Ismail di Temerloh, sekitar 134 km dari Kuala Lumpur. Di kiri kanan jalan tol, sejauh mata memandang, banyak kebon durian. Dari sinilah, antara lain, durian diekspor ke berbagai negara, di antaranya ke Indonesia, Hong Kong, China, Singapura, Amerika Serikat, dan Australia. Malaysia merupakan importir terbesar durian di dunia.


Anak penderes karet

Ismail Sabri lahir di Kampung Lubuk Kawah, Temerloh, Pahang pada 18 Januari 1960, dari pasangan Yaakob bin Abdul Rahman-Wan Jah binti Wan Mamat. Ayahnya bekerja sebagai penoreh (penderes) karet. Masa kecilnya di Bukit Tingkat tidak berkecukupan. Namun, anak bungsu dari enam bersaudara ini gigih mengubah jalan hidup diri dan keluarganya.

Selesai sekolah dasar hingga menengah atas, Pak Ismail melanjutkan studi di Fakultas Hukum Universitas Malaya pada 1980 dengan judul tesis, "Layanan terhadap Tahanan Politik di Malaysia". Ismail muda kemudian memilih sebagai pengacara. Karier politiknya dimulai sebagai anggota parlemen dari Organisasi Kebangsaan Melayu Bersatu (UMNO) pada 2004.

Dari sini pula, Pak Ismail menjabat di beberapa posisi kabinet di pemerintahan Barisan Nasional (BN) yang dipimpin Perdana Menteri Abdullah Ahmad Badawi dan Najib Razak , di antaranya sebagai Menteri Pembangunan Pedesaan dan Wilayah, Menteri Pemuda dan Olahraga, dan Menteri Pertahanan hingga Koalisi BN kalah pada Pemilu 2018. Sejak itu, Pak Ismail memimpin oposisi hingga runtuhnya koalisi Pakatan Harapan (PH) yang dipimpin Mahathir Mohammad.

Krisis politik terjadi di Malaysia pada 2020-2022. Tun Mahathir diganti Muhyiddin Yassin. Pak Ismail sebagai Wakil Perdana Menteri. Namun krisis belum berhenti. Muhyiddin mundur sebagai Perdana Menteri. Pak Ismail naik menjadi Perdana Menteri kesembilan Malaysia, pada Agustus 2021.

Pemerintahan Pak Ismail bertahan hingga Pemilihan Umum Raya (PRU) 2022. Pak Ismail membuat nota kesepakatan dengan oposisi untuk menstabilkan politik Malaysia. Nota Kesepahaman, antara lain, ditandatangani pimpinan Pakatan Harapan, Anwar Ibrahim. Pada PRU, Pak Ismail menang dan lolos ke parlemen. Namun, koalisi Barisan Nasional kalah atas koalisi PH yang mengantarkan Anwar Ibrahim sebagai PM ke-10 Malaysia. Pak Ismail kini anggota parlemen dari UMNO.

Pak Ismail sebagai Perdana Menteri sejak Agustus 2021 hingga November 2022. Masa pendek itu, Pak Ismail justeru mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi 8,7 persen dari sebelumnya 5,1 persen. Peningkatan ini, antara lain, berkat kebijakan pro-investasi dan stabilitas politik. Saat ini, pertumbuhan ekonomi kuartal pertama dalam kepemimpinan Anwar Ibrahim sebesar 5,6 persen.

Sukses Pak Ismail, antara lain, melalui “Keluarga Malaysia”. Konsep yang diperkenalkannya pada 22 Agustus 2021 ini bersifat inklusif, kebersamaan dalam lintas agama dan ras, serta bersyukur.

“Bagi saya keutuhan negara terikat dengan nilai-nilai pendidikan yang sempurna dalam sebuah keluarga. Kita adalah satu keluarga tanpa memandang agama dan ras. Kita saling melengkapi, seperti bagian tubuh yang saling terikat,” katanya saat mengkampanyekan konsep “Keluarga Malaysia.”

Politik sering sekali tidak diukur dari keberhasilan seorang pemimpin. Seorang pemimpin yang sukses memperjuangkan kepentingan rakyat, tidak otomatis dikehendaki elite politik dan partai. Rakyat diperlukan saat pemilihan umum. Setelah itu, rakyat tidak lebih dari penonton di luar pagar, menyaksikan permainan para elite yang mengatasnamakan kepentingan rakyat.

Setelah tidak lagi sebagai Perdana Menteri, wajah Pak Ismail terlihat lebih cerah. Tidak terlihat kesan post power syndrome, seperti tidak sedikit pemimpin hidup dalam bayang-bayang kekuasaan masa lalu.

Pak Ismail tetap melaksanakan hak konstitusinya, mengkritisi dan memberi masukan pada pemerintahan Anwar Ibrahim. Namun ia lebih banyak mengisi waktunya menyapa rakyat, di masjid, pasar, olah raga, pusat perbelanjaan, terkadang bersama cucunya, dengan tanpa rasa canggung dan tanpa pengawalan ketat. Baginya, rakyat --dengan berbagai latar belakang sosial, agama, dan ras-- adalah “Keluarga Malaysia,” yang diperjuangkannya, saling terikat satu dan lainnya.

Lelaki yang sering senyum ini, kini seakan menikmati “jalan baru” yang tenang, tanpa hiruk-pikuk politik, yang sering sekali melelahkan hati. Bersama rakyat, kebahagiaan yang tidak ternilai. Pak Ismail menikmati kebahagiaan itu.

*) Asro Kamal Rokan, wartawan senior



Editor: Achmad Zaenal M

Copyright © ANTARA 2023