JAKARTA, 6/2 (ANTARA) – WWF menyambut komitmen Asia Pulp & Paper (APP) untuk menghentikan aktivitas pembukaan hutan tropis dan lahan gambut di Indonesia sampai perusahaan tersebut selesai melakukan kajian nilai-nilai konservasi dan stok karbon yang terdapat didalamnya. Meskipun demikian, WWF mengajak para pembeli pulp dan kertas untuk menunggu bukti nyata implementasi komitmen ini di lapangan, sebelum berbisnis kembali dengan APP.
 
     “Hampir semua poin yang diserukan WWF selama bertahun-tahun dijawab oleh komitmen yang dibuat oleh APP hari ini.  Jika APP betul-betul melakukan apa yang dijanjikannya, maka komitmen ini adalah kabar baik bagi hutan dan keragaman hayati dan masyarakat Indonesia”, ujar Nazir Foead, Direktur Konservasi WWF-Indonesia. “Sayangnya, APP mempunyai sejarah panjang, gagal dalam menjalankan komitmennya. WWF berharap kali ini APP dapat menepati janji. WWF bersama kelompok masyarakat sipil lainnya akan terus memantau secara independen kegiatan kehutanan dan sumber kayu pasokan APP, serta menginformasikan hasilnya kepada publik”.
 
     APP mengelola dua pabrik pulp terbesar dunia yang terletak di Sumatera, memproduksi bubur kertas untuk kertas tisu toilet, tisu, kertas fotokopi dan paket kemasan yang dijual di seluruh dunia. Menurut analisa koalisi LSM di Riau, Eyes on the Forest (EoF), perusahaan tersebut bersama pemasok kayunya bertanggung jawab terhadap hancurnya lebih dari 2 juta hektar lahan hutan alam sejak pertama kali beroperasi tahun 1984.
 
     “WWF berharap komitmen baru yang dibuat APP ini akan lebih dari sekedar berhenti menebang hutan, tetapi juga menjaga hutan alam yang ada didalam konsesinya dari aktivitas ilegal, perambahan dan memitigasi dampak-dampak negatif yang timbul dari aktivitas penebangannya di masa lalu. Misalnya dampak yang ditimbukan terhadap lahan gambut, keragaman hayati dan masyarakat lokal di Sumatra dan Borneo, yang terkena dampak kebijakannya di masa lalu “, kata Nazir.
 
     “WWF selama ini menyerukan kepada dunia usaha untuk menghindari pasokan dari APP sampai benar-benar ada konfirmasi bahwa APP telah berhenti memproduksi pulp dan kertas dari hutan tropis bernilai konservasi tinggi untuk jangka waktu yang panjang. Komitmen yang disampaikan hari ini masih harus dibuktikan di lapangan, jadi kami meminta konsumer untuk berhati-hati dan menunggu implementasi komitmen tersebut dilaksanakan”, kata Aditya Bayunanda, Manajer GFTN yang menangani isu pulp & kertas, WWF-Indonesia.
 
     Teguh Widjaya,  pemegang kebijakan tertinggi di perusahaan ini, menyaksikan komitmen yang disampaikan oleh APP bahwa perusahaan dan anak perusahaan dari grup APP yang beroperasi di Indonesia atau China tidak akan menerima segala jenis kayu yang ditebang dari hutan alam paska 31 Januari 2013, sampai konsultan perusahaan menyelesaikan evaluasi ‘hutan bernilai konservasi tinggi’ dan ‘stok karbon’ di konsesi mereka. Sayangnya, APP masih menyisakan “celah” dalam kebijakan ini, karena tidak memberikan batasan waktu sampai kapan mereka tetap akan menerima kayu hasil tebangan dari hutan alam sebelum tanggal 31 Januari 2013.
 
     Sebagai langkah awal, WWF menyerukan APP untuk segera memanfaatkan pasokan kayu yang sudah ditebang dari hutan alam sebelum tanggal 31 Januari 2013, dan berhenti menerima dan memanfaatkan kayu hutan tropis sebagai sumber bahan baku serat di pabriknya paling lambat tanggal 5 Mei 2013.
 
     Moratorium yang diimplementasikan secara menyeluruh pada sisa hutan alam di hutan produksi yang bernilai konservasi dan karbon tinggi akan berdampak besar bagi perlindungan keanekaragaman hayati dan mitigasi perubahan iklim di Indonesia. WWF meminta semua perusahaan HTI produsen pulp untuk menghentikan konversi hutan alam.
 
     Tentang Eyes on the Forest
     Eyes on the Forest adalah sebuah koalisi LSM di Propinsi Riau yang telah mengdokumentasikan perusakan yang telah dilakukan oleh APP di lebih dari dua juta hektar hutan Sumatera sejak 1984 ketika perusahaan itu mulai beroperasi di Sumatera. Aktivitas APP telah menjadi kontributor utama dalam mendorong harimau, gajah dan orang-utan Sumatera menuju kepunahan. Informasi lenih lanjut, silakan kunjungi www.eyesontheforest.or.id.   

     Tentang WWF-Indonesia
     WWF-Indonesia adalah salah satu organisasi konservasi independen yang didukung oleh 5 juta suporter di seluruh dunia dan jaringan kerja di lebih dari 100 negara. Misi WWF adalah menghentikan degradasi lingkungan alam di bumi dan membangun masa depan di mana manusia dapat hidup berdampingan dengan harmonis bersama alam dengan melestarikan keanekaragaman hayati dunia dan memastikan penggunaan sumberdaya alam terbarukan secara berkelanjutan dan mempromosikan pengurangan polusi dan konsumsi yang berlebihan. Pada tahun 2012, WWF merayakan 50 tahun kerja konservasi di Indonesia. Informasi lebih lanjut, silakan mengunjungi www.wwf.or.id.

     Untuk informasi lebih lanjut, silakan menghubungi:
     Aditya Bayunanda, abayunanda@wwf.or.id, +62818265588
     Desmarita Murni, dmurni@wwf.or.id, +62811793458

Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2013