"Di tengah masyarakat yang mayoritas beragama Islam, Indonesia bisa menunjukkan harmonisasi antarumat dan juga saling mengasihi; dan juga dengan acara keagamaan Buddha yang mendapat tempat dan sambutan baik dari lintas umat beragama," kata Daniel Johan di Jakarta, Sabtu.
Dia juga menyampaikan terima kasih kepada sejumlah bhikku thudong mancanegara yang sudah melakukan perjalanan spiritual melintasi sejumlah negara sampai ke Candi Borobudur. Hal itu, menurut dia, membawa nama baik Indonesia dan memperkuat persaudaraan lintas agama, etnis, dan bangsa.
"Karena itu, saya mengapresiasi seluruh kekuatan masyarakat lintas agama maupun lintas etnis termasuk kepada Habib Lutfi, para kyai, pastur, dan pendeta atas sambutannya," jelasnya.
Baca juga: Tiba di Candi Borobudur, Injourney sambut hangat Bhikku Thudong
Daniel menilai sambutan dan persaudaraan dari masyarakat secara alami itu menjadi perhatian dunia dan dipuji banyak negara, di mana Indonesia yang mayoritas muslim ternyata menjadi negara penuh rasa persaudaraan.
Menurut dia, persaudaraan yang ditunjukkan tersebut menjadi autentik dari Indonesia karena bukan hanya dalam penyambutan bhikku thudong, tetapi juga di berbagai tempat menunjukkan hal serupa, seperti di Kota Singkawang, Kalimantan Barat, yang menyelenggarakan karnaval Waisak.
Daniel menambahkan karnaval Waisak di Singkawang, Sabtu, mendapat sambutan baik dari berbagai kalangan lapisan masyarakat. Sebelumnya, acara refleksi Waisak Nasional PKB, yang digelar di DPR RI, pada Sabtu (20/5), juga menjadi contoh lain keberagaman terjaga di Indonesia.
"Refleksi Waisak di Gedung DPR RI menjadi yang pertama kali dalam sejarah Buddhis di Indonesia. PKB juga berterima kasih kepada seluruh sesepuh Biksu Sangha yang sudah berkenan hadir dan memberikan masukan penting bagi para pemimpin dan wakil rakyat," ujar Daniel.
Dia mengatakan pesan Biksu Sangha adalah agar para pemimpin dan wakil rakyat memiliki kepekaan dan keberpihakan terhadap masyarakat.
Baca juga: Api alam Tri Suci Waisak disakralkan di Candi Mendut
Pewarta: Imam Budilaksono
Editor: Fransiska Ninditya
Copyright © ANTARA 2023
