"Kita mendapat pesan dari pemerintah Palestina bahwa mereka minta agar kunjungan tersebut dapat diundur sampai waktu yang akan ditentukan melalui jalur diplomatik," tambah Dino.
Jakarta (ANTARA News) - Kantor Kepresidenan RI memastikan kunjungan Presiden Palestina Mahmoud Abbas ke Indonesia yang semula dijadwalkan pada 23 Juni ini ditunda hingga waktu yang belum ditentukan. Indonesia berharap Palestina dapat menyelesaikan masalah politik di Palestina yang akhir-akhir ini memanas di tengah usulan Abbas untuk mengadakan referendum pada 26 Juli mendatang. "Kunjungan Presiden Palestina Mahmoud Abbas ke Indonesia ditunda karena situasi di Palestina. Seyogyanya dijadwalkan pada tanggal 23 Juni," kata Juru Bicara Kepresidenan Dino Patti Djalal di Kantor Kepresidenan, Jakarta, Senin. "Kita mendapat pesan dari pemerintah Palestina bahwa mereka minta agar kunjungan tersebut dapat diundur sampai waktu yang akan ditentukan melalui jalur diplomatik," tambah Dino. Indonesia menganggap penundaaan kunjungan itu dapat dimengerti mengingat adanya ketidaksepakatan antara Presiden Mahmoud Abbas dari Partai Fatah dan Perdana Menteri Palestina Ismail Haniya dari Partai Hamas tentang perlu tidaknya referendum. "Kita mengetahui sekarang situasi politik di Palestina menjadi sangat hangat dengan adanya referendum yang diusulkan oleh Mahmoud Abbas tanggal 26 Juli. Sekarang karena ada tentangan dari Hamas maka diperlukan dialog antara Presiden Mahmoud Abbas dan kelompok-kelompok politik nasional di Palestina. Kita berharap masalah ini dapat diselesaikan dengan baik," kata Dino. Menurut perkembangan terakhir, Presiden Pemerintah Otonomi Palestina Mahmoud Abbas dan Perdana Menteri Islamil Haniya pada Minggu (11/6) malam sepakat untuk melanjutkan pembicaran mengenai referendum, setelah mereka gagal mencapai kesepakatan tentang pelaksanaan referendum. Referendum yang diusulkan Abbas berlangsung pada 26 Juli 2006 itu akan meminta rakyat Palestina untuk memutuskan penyelesaian dua negara atas konflik Palestina. Fatah telah lama menerima gagasan mengenai negara Palestina yang berdampingan dengan Israel, sementara Hamas menolak untuk mengakui negara Yahudi tersebut. Jajak pendapat menunjukkan mayoritas besar pemilih Palestina akan memberi suara yang mendukung referendum.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2006