Tokyo (ANTARA News) - Dua pesawat tempur Rusia sempat menerobos ke wilayah udara Jepang di lepas pantai Hokkaido pada Kamis, insiden pertama dalam lima tahun, kata Kementerian Pertahanan Jepang.

Kementerian Luar Negeri Jepang mengajukan protes kepada Kedutaan Besar Rusia di Tokyo atas insiden tersebut, dam meminta pihak Rusia untuk memeriksa kasus ini, kata kementerian tersebut, lapor Kyodo.

Namun seorang pejabat senior Distrik Timur Militer Rusia, yang mengawasi wilayah Timur Jauh Rusia, kemudian membantah bahwa pesawat tempur mereka telah memasuki wilayah udara negara lain, menurut laporan media Rusia.

Sementara itu dari Moskow Kantor Berita RIA Novosti mengatakan, Jepang pada Kamis bergegas menurunkan jet militernya untuk mencegat dua pesawat tempur Rusia yang diyakini telah melanggar wilayah udaranya.

Namun militer Rusia membantah bahwa pesawatnya telah memasuki wilayah udara Jepang, seperti yang diberitakan Kyodo mengutip Kementerian Pertahanan negara itu.

Tokyo mengajukan protes resmi kepada Moskow setelah insiden itu, dan mengatakan bahwa dua jet tempur Su-27 Rusia telah menghabiskan satu menit dan 11 detik di barat daya wilayah udara Jepang, pulau Rishiri, tidak jauh dari Hokkaido.

Insiden itu terjadi di dekat satu mata rantai dari gugusan empat pulau yang disengketakan kedua negara yang telah meletakkan klaim sejak akhir Perang Dunia II, yang disebut Wilayah Utara di Jepang dan bagian dari Kepulauan Kuril oleh Rusia.

Pasukan Rusia, pesawat dan kapal telah melakukan latihan militer skala besar di Kuril sejak Rabu.

"Penerbangan oleh pesawat Armada Pasifik angkatan laut berlangsung secara teratur di daerah ini dan benar-benar mengikuti aturan internasional mengenai penggunaan wilayah udara, tanpa melanggar perbatasan negara lain," kata Kapten Satu Roman Martov, juru bicara Daerah Militer Rusia Timur kepada RIA Novosti.

Tokyo telah berulang kali menuduh pesawat militer Rusia melanggar wilayah udaranya dan Departemen Pertahanan Rusia telah secara rutin membantah tuduhan.

Kyodo mengutip Kementerian Pertahanan Jepang mengatakan insiden terbaru itu adalah intrusi pertama dalam lima tahun. (AK)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2013