bom itu meledak di Jalan Arnous di Damaskus tengah.
Damaskus (ANTARA News)- Bahan peledak yang disembunyikan di bawah satu mobil meledak pada Ahad (10/2) di satu jalan di pusat Ibu Kota Suriah, Damaskus, dan melukai banyak orang, demikian laporan kantor berita resmi Suriah, SANA.

SANA melaporkan bom itu meledak di Jalan Arnous di Damaskus tengah, dan menambahkan ledakan tersebut membuat banyak orang cedera tapi tak ada korban jiwa.

Di kabupaten lain di Damaskus, seorang pembom bunuh diri yang mengenakan sabuk berisi peledak meledakkan dirinya di daerah Rukkin Addien, dan melukai empat orang, kata SANA sebagaimana dikutip Xinhua --yang dipantau ANTARA News, di Jakarta, Senin pagi.

Sementara itu, kelompok oposisi yang berpusat di Inggris --Observatorium Suriah bagi Hak Asasi Manusia-- menyatakan bentrokan berkecamuk lagi pada Ahad di pinggir Damaskus, Jobar. Bentrokan juga berlangsung di Daraya, Qaboun dan Zamalka --yang tiga kali dilanda serangan udara.

Bentrokan di pinggiran timur Damaskus telah berkecamuk sejak pekan lalu, ketika gerilyawan melancarkan serangan guna memadamkan tekad prajurit pemerintah --yang masih dengan kuat menguasai Ibu Kota Suriah tersebut.

Pada Sabtu, dua orang tewas, ketika satu bom meledak di pinggiran Ibu Kota Suriah, Damaskus, demikian laporan media lokal. Bom itu meledak di Lapangan As-Suyouf di pinggiran timur Damaskus, Jaramana, kata radio pro-pemerintah Sham FM. Sebanyak empat orang lagi juga cedera, katanya.

Ledakan bom telah menjadi kejadian sehari-hari di seluruh Suriah, yang telah dilanda konflik berkepanjangan.

Sebanyak 5.000 warga Suriah meninggalkan negara mereka setiap hari, untuk mencari tempat yang aman di negara tetangga, kata badan PBB urusan pengungsi, Jumat.

Sejak konflik itu meletus dua tahun lalu, lebih dari 787.000 warga Suriah terdaftar sebagai pengungsi atau sedang menunggu proses di kawasan itu --terutama di Lebanon, Irak, Jordania dan Turki, katanya.

Kekurangan air bersih memburuk dan pasokan kadang-kadang tercemar di negara Arab tersebut, sehingga anak-anak rawan terkena penyakit, kata Dana PBB untuk Anak-Anak (UNICEF), Jumat.

Warga Suriah juga sudah mulai kesulitan untuk memperoleh obat akibat sanksi yang diberlakukan Barat atas negara mereka. Sebagian penjual obat menyatakan kekurangan akan lebih parah lagi akibat tak-adanya penyelesaian cepat dan layak untuk memulai kembali operasi pabrik obat, yang kebanyakan berada di Provinsi Aleppo, Suriah utara, dan Rif Damaskus.

Menteri Kesehatan Suriah Saad An-Nayef pun mengatakan sanksi ekonomi yang dijatuhkan atas Suriah sangat merugikan sektor kesehatan negeri tersebut.

Ia mengungkapkan 32 rumah sakit nasional sekarang tak beroperasi, dan enam laboratorium farmasi telah rusak total serta 68 lagi masih beroperasi dengan kapasitas 50 persen.

Namun ia membantah laporan mengenai tak-adanya banyak obat di pasar lokal, dan hanya mengisyaratkan adanya kesulitan untuk membawa obat itu.

(C003)

Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2013