Jakarta (ANTARA) - Sektor properti masih menjadi tulang punggung pertumbuhan ekonomi, terlihat dari kontribusi sektor ini terhadap PDB nasional sebesar 14 hingga 16 persen.

Dengan tingkat pertumbuhan ekonomi tahun ini yang diperkirakan sebesar lima persen dapat dipastikan semua sektor bakal bergerak, termasuk sektor properti.

Namun bayang-bayang resesi global akibat perang Ukraina dengan Rusia yang terus berkecamuk, tentunya dapat mempengaruhi kondisi ekonomi di Tanah Air.

Terkait hal itu ada dua versi dari pengembang properti melihat kondisi ke depan. Pertama, melihatnya sebagai tantangan. Kedua, melihatnya sebagai gangguan atau hambatan.

Bagi pengembang properti yang melihat iklim ke depan sebagai tantangan tentunya tetap melakukan ekspansi dan gencar memasarkan produknya.

Sementara untuk pengembang properti yang melihat iklim ke depan sebagai gangguan, mereka lebih memilih bertahan dengan mengoptimalkan proyek yang sudah ada.

Sekarang yang menjadi pertanyaan, apakah iklim properti saat ini dalam keadaan baik-baik saja. Kalau melihat di Jabodetabek beberapa proyek properti memang terlihat lancar, tetapi ada juga yang tertatih-tatih, bahkan sudah ada yang mangkrak.

Seperti di sudut Jalan Pangeran Antasari Jakarta Selatan, proyek apartemen tingkat tinggi yang semula mangkrak kini kembali menggeliat yang ditandai dengan keberhasilannya menyelesaikan bagian atap, setelah sebelumnya proyek itu diambil alih.

Namun ada juga produk apartemen di Jabodetabek yang sampai saat ini belum menunjukkan progres pembangunan, padahal sebagian pembelinya sudah menyetorkan uang tanda jadi, bahkan pembayaran angsuran.
Bangunan apartemen tingkat tinggi yang sedang tahap pembangunan di salah satu sudut Jalan Pangeran Antasari, Jakarta Selatan. ANTARA/ HO-Antasari

Risiko

Manajemen risiko menjadi hal paling penting dalam menghadapi kondisi ekonomi ke depan, dalam arti jangan coba-coba berinvestasi pada sektor yang mengandung risiko tinggi.

Sekjen Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perusahaan Real Estate Indonesia (DPP REI) Hari Ganie membenarkan anggotanya sudah menerapkan prinsip kehati-hatian dalam melakukan ekspansi.

Manajemen risiko yang diterapkan saat ini, di antaranya pengembang properti sementara ini tidak melakukan ekspansi (pembelian) tanah, lantas sebagai gantinya pengembang memanfaatkan lahan (land bank) yang sudah ada.

Hari Ganie mengakui di saat seperti ini membangun rumah tapak memiliki risiko lebih rendah dibandingkan membangun apartemen tingkat tinggi (high rise).

Risiko juga dapat dilihat menjelang Pemilu 2024. Kegiatan akbar lima tahunan itu terkadang membuat pasar uang dan pasar saham menjadi sangat berfluktuasi (volatile). Untuk itu sektor usaha seharusnya sudah melihat hal itu dengan menyiapkan pengaman terhadap keadaan di luar prediksi.

Namun dengan fundamental ekonomi yang kuat, berdasarkan pengalaman dari beberapa kali penyelenggaraan pemilu, fluktuasi hanya bersifat sesaat serta dapat dilewati dengan mulus, bahkan tanpa gangguan.

Bahkan untuk memilih pengembang terbaik dalam ajang Golden Property Award (GPA) 2023, manajemen risiko menjadi salah satu bobot penilaian paling tinggi, dibanding, misalnya, penataan dan arsitektur.

Tak sampai di situ, untuk pertama kalinya dalam ajang GPA 2023 juga menggandeng perusahaan konsultan keuangan Ernst & Young untuk memberikan penilaian terhadap penerapan manajemen risiko yang dilakukan pengembang.

Pengamat properti Ali Tranghanda menyebut manajemen risiko menjadi hal paling penting diterapkan pengembang saat ini agar proyek properti selamat hingga serah terima kepada pembeli sesuai diperjanjikan.

Dengan demikian penerapan manajemen risiko pada perusahaan pengembang, merupakan salah satu cara untuk memberikan perlindungan kepada konsumen yang sudah menyetorkan dananya, baik dalam bentuk uang muka maupun cicilan awal.

Ali yang juga menjabat sebagai Direktur Eksekutif Indonesia Property Watch (IPW) secara kasatmata manajemen risiko ini bisa dilihat dengan mengunjungi proyek properti pengembang tersebut.

Dengan kunjungan ke proyeknya, maka seluruh kegiatan fisik terpantau, termasuk mengetahui lahan sudah tersedia seperti dijanjikan.

Dengan demikian, wajib bagi konsumen sebelum memutuskan untuk membeli properti, baik itu hunian tapak atau bertingkat, termasuk yang tinggi atau rendah, untuk melihat langsung kondisi fisik di lapangan.
Alat berat nampak bekerja di latar belakang pemandangan salah satu fasilitas hunian. ANTARA/ Ganet Dirgantoro

Teknologi digital

Senior Vice President Marketing 99 Group Indonesia Bharat Buxani yang juga penyelenggara GPA 2023 mengatakan di tengah kondisi ekonomi yang penuh tantangan ini hanya pengembang yang memiliki reputasi dan rekam jejak baik yang bisa berhasil.

Untuk itu, selain aspek penilaian terhadap penerapan manajemen risiko dan tata kelola, umpan balik dari masyarakat/pembeli propeti juga menjadi salah satu penilaian penting untuk melihat sosok pengembang terbaik.

Hal ini karena pembeli yang bisa merasakan apakah produk yang dibelinya sudah sesuai dengan harapan. Dengan demikian tingkat kepuasan terhadap produk properti juga menjadi salah satu penilaian dengan bobot paling tinggi.

Pentingnya pada kondisi saat ini, pengembang properti menerapkan teknologi digital, terutama untuk memasarkan produk.

Dengan penguasaan data besar dan kecerdasan buatan, pengembang bisa membuat profil pembeli, sehingga pada akhirnya akan sangat membantu dalam menyiapkan strategi penjualan dan harga.

Pengembang properti ke depan juga dituntut untuk menghadapi hal-hal yang tidak terduga atau di luar rencana yang sudah disiapkan.

Sehingga di sini faktor perencanaan juga menjadi hal yang sangat penting serta semua itu bisa dibaca menggunakan teknologi digital.

Perencanaan di sini juga terkait dengan hubungan pengembang properti dengan pemerintah daerah, dimana proyek itu berlokasi.

Hubungan itu sangat erat kaitannya dengan perizinan, hingga aspek lingkungan sekitar. Keberhasilan dalam menyelaraskan pembangunan fisik dengan kelestarian lingkungan menjadi salah satu aspek yang dinilai pembeli properti.
Sekjen REI Hari Ganie (kiri) dan Senior Vice President Marketing 99 Group Indonesia Bharat Buxani (kanan) ketika menjelaskan aspek manajemen risiko dalam pembangunan properti. ANTARA/ Ganet Dirgantoro

Keberhasilan membina hubungan dengan masyarakat sekitar juga menjadi salah satu nilai tambah dalam suatu proyek properti.

Seperti diketahui, setiap kali pembangunan proyek properti berarti di dalamnya sudah ada sumber daya manusia yang terlibat, tidak sebatas tukang bangunan, tetapi juga lapangan pekerjaan lainnya tersedia.

Dengan adanya hubungan yang saling menguntungkan itu, maka akan tercipta lingkungan yang kondusif, aman, dan nyaman di lokasi proyek properti itu berada.

Untuk menjaring pengembang terbaik itu, proses seleksi sudah dilaksanakan sejak setahun lalu menyasar 400 perusahaan pengembang di Jabodetabek dan beberapa kota besar di Indonesia untuk nantinya mengerucut menjadi 65 perusahaan saja.

Harapannya dengan terpilihnya pengembang properti terbaik itu bisa menjadi tolok ukur bagi pengembang lain untuk menghadapi ekonomi ke depan.

Bahkan, dengan menciptakan iklim properti yang sehat, diharapkan sektor ini menjadi salah satu kontributor untuk mendorong ekonomi yang targetnya masih optimistis di laju lima persen.


 

Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2023