Jakarta (ANTARA) - Peneliti dari Institut Ilmu Kelautan Universitas Auckland, Selandia Baru Edy Setyawan mengatakan pemanfaatan inovasi teknologi mampu mendukung upaya pelestarian spesies ikan pari manta yang kini statusnya terancam punah.
 
"Kami menggunakan beberapa teknologi dan pendekatan, baik secara satu-satu atau kombinasi semuanya," kata Edy dalam diskusi bertajuk inovasi teknologi dalam pelestarian hiu dan pari yang digelar Konservasi Indonesia secara daring dipantau di Jakarta, Kamis.
 
Edy mengungkapkan pihaknya menggunakan empat pendekatan untuk mengidentifikasi pari manta di wilayah Raja Ampat, Papua.
 
Pertama, pendekatan identifikasi fotografis. Hal ini sangat sederhana, karena cukup menggunakan kamera poket atau kamera aksi, sehingga tidak berbahaya bagi pari manta.

Baca juga: Wayag Raja Ampat sebagai tempat pembesar pari manta di dunia
 
Di bagian perut pari manta terdapat totol yang unik dan berbeda setiap individu. Totol itu seperti sidik pada manusia.
 
Pendekatan kedua, menggunakan telemetri satelit. Alat itu dipasang ke tubuh pari manta, sehingga peneliti tidak perlu memantau secara terus-menerus.
 
Ketika pari manta tersebut berenang jauh atau menyelam ke laut dalam, peneliti bisa mengetahui posisi spesies ikan yang dilindungi tersebut.
 
Ketiga, memakai telemetri akustik pasif yang sama seperti mesin absensi di kantor. Pari manta yang terpasang transmiter, kemudian dia datang ke cleaning station yang sudah dipasangi mesin receiver, maka pari manta itu akan tercatat kehadirannya.
 
Ketika transmiter itu muncul ke permukaan, secara otomatis akan memberikan sinyal GPS. Jadi, peneliti bisa memantau lewat komputer dan bisa mengetahui lokasi pari manta tersebut.
 
Sedangkan pendekatan keempat, dengan mengukur pari manta menggunakan pesawat nirawak atau drone. Itu adalah salah satu inovasi untuk memperkuat atau memperbaharui data konservasi pari manta.

Baca juga: Raja Ampat, "rumah" untuk pari terbesar di dunia
 
Edy menuturkan pihaknya baru sekitar empat tahun terakhir menggunakan drone untuk memantau perkembangan pari manta.
 
Menurutnya, inovasi itu sangat membantu survei untuk mencari lokasi pari manta, menghitung jumlah populasi, termasuk mengukur besarnya hewan laut tersebut.
 
Pipa yang mengapung di dekat pari manta yang sedang berenang di permukaan laut menjadi kunci untuk mengestimasi ukuran mereka secara akurat. Metode itu tidak mengganggu pari manta.
 
"Dari empat pendekatan dan teknologi tadi, salah satu aplikasi terakhir yang kami gunakan pendekatan multi-disiplin, jangka panjang, mutakhir, dan inovatif, kami berhasil mengonfirmasi area pembesaran pari manta karang pertama di dunia," kata Edy.
 
Pari manta adalah spesies ikan yang tidak berbahaya, karena tidak mempunyai duri penyengat. Hewan laut pemakan plankton ini berusia panjang sekitar 50 tahun, tingkat reproduksi rendah, masa kehamilan panjang, kematangan seksual lama, cerdas, dan selalu bergerak.

Baca juga: Kepulauan Fam Raja Ampat tempat tumbuh kembang pari manta

Baca juga: DKP NTT temukan pari manta dijual kepada masyarakat
 
Distribusi pari manta di Indonesia cukup merata dari Aceh sampai Papua. Mereka banyak ditemukan di Derawan, Nusa Penida, Pulau Komodo, dan Raja Ampat.
 
Penasihat Senior Program Kelautan Konservasi Indonesia Victor Nikijuluw mengatakan inovasi teknologi mampu mempercepat identifikasi dalam mendukung aksi pelestarian pari manta, termasuk hiu di Indonesia.
 
"Saat ini dengan ilmu pengetahuan dan teknologi, aspek itu bisa dilaksanakan dengan satelit, analisis DNA, robotik, dan kendaraan bawah air. Kita akan mendapatkan informasi yang lebih lengkap," pungkas Victor.

Pewarta: Sugiharto Purnama
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2023