Jadi lebih kurang 40 bulan kami perlukan sampai proyek selesai
Jakarta (ANTARA News) - Pabrik amoniak-urea II milik PT Petrokimia Gresik yang akan dibangun di Gresik, Jawa Timur, akan mulai berproduksi (on-stream) pada kuartal II-2016.

"Kuartal II-2016 sudah bisa dibuka untuk produksi," kata Direktur Teknik dan Pengembangan Petrokimia Gresik Firdaus Syahril dalam jumpa pers di Jakarta, Senin.

Menurut Firdaus, proyek pembangunan pabrik berkapasitas produksi sebesar 825.000 ton amoniak per tahun dan 570.000 ton urea per tahun itu bisa diselesaikan selama 33 bulan.

Rentang waktu itu, belum termasuk proses tender yang memakan waktu sekitar enam hingga tujuh bulan. "Jadi lebih kurang 40 bulan kami perlukan sampai proyek selesai," katanya.

Firdaus mengatakan, untuk bisa memenuhi target dimulainya operasi pabrik pada kuartal II-2016, itu artinya pembangunan harus dimulai bulan depan.

Direktur Utama Petrokimia Gresik Hidayat Nyakman mengungkapkan kesepakatan kontrak antara perseroan dan pemasok gas Husky-CNOOC Madura Ltd saat ini telah memasuki tahap final.

"Tender sudah proses, dan penentuan `agreement`-nya tinggal bulan depan," ujarnya.

Hidayat juga mengatakan pihaknya telah melakukan pembahasan termasuk kesepakatan harga jual-beli. Meski enggan menyebut angkanya, dia menekankan bahwa Husky telah memberikan jaminan pasokan gas untuk periode 10 tahun ditambah potensi tambahan hingga 30 tahun.

Infrastruktur berupa pipa untuk mengalirkan gas juga telah terpasang. Bahan baku berupa gas bumi sebesar 85 Million Standard Cubic Feet per Day (MMSCFD) yang dipasok Husky-CNOOC Madura Ltd itu akan memenuhi kebutuhan produksi pupuk NPK sejumlah 2,8 juta ton per tahun dan ZA sebanyak 750.000 ton per tahun.

Hidayat juga menekankan pentingnya proyek pembangunan pabrik itu untuk mendukung ketahanan pangan. Proyek itu sesuai dengan instruksi Presiden untuk merevitalisasi industri pupuk dalam rangka memperkuat ketahanan pangan nasional.

Selain itu, proyek pembangunan pabrik dengan investasi sekitar 560 juta dolar AS hingga 580 juta dolar AS itu dinilai juga berguna untuk menekan pengeluaran devisa negara.

"Selama ini impor hampir 400.000 ton per tahun, kalau harga per ton rata-rata sekitar 700 dolar AS, dalam setahun kami bisa keluar sekitar 280 juta dolar AS. Berapa kira-kira devisa yang kami keluarkan? Itu salah satu penghematan," katanya.
(A062/N002)

Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2013