relatif menurun aktivitas vulkaniknya, tapi ke depannya kami belum tahu
Manado (ANTARA) - Ketua Pos Pengamatan Gunung Api Karangetang, di Kabupaten Kepulauan Sitaro, Sulawesi Utara, Yudia P Tatipang mengatakan, aktivitas vulkanik yang terekam setiap enam jam menunjukkan kecenderungan penurunan.

"Ada kecenderungan terjadi penurunan, relatif menurun dibanding waktu-waktu sebelumnya," sebut Ketua Pos PGA Karangetang, Yudia P Tatipang di Manado, Jumat.

Aktivitas vulkanik yang relatif menurun ini diindikasikan dengan terekamnya gempa guguran serta leleran dan jarak luncuran lava.

Dia menyebutkan, dari data yang terekam hari ini, periode pengamatan pukul 00.00 - 06.00 WITA sebanyak 12 gempa guguran, enam jam berikutnya sebanyak 12 gempa guguran dan pada periode pukul 12.00 - 18.00 WITA sebanyak 10 kali gempa guguran.

Sementara rekaman gempa guguran pada Kamis (08/6), pada pukul 00.00 - 06.00 WITA sebanyak 30 kali, pukul 06.00 - 12.00 WITA sebanyak 17 kali, pukul 12.00 - 18.00 WITA sebanyak 16 kali dan pada periode pukul 18.00 - 24.00 WITA sebanyak 14 kali.

Baca juga: Jarak luncur guguran lava Karangetang hingga 2.000 meter
Baca juga: Pos Pengamatan: 57 gempa guguran terekam di Gunung Karangetang


Sementara itu, menurut dia, untuk jarak luncur guguran lava yang sebelumnya sempat terlihat hingga 2.000 meter, berkurang menjadi 1.500 meter.

Meski begitu, dia berharap masyarakat harus tetap waspada karena potensi terjadinya peningkatan aktivitas masih berpeluang.

"Saat ini dapat dikatakan relatif menurun aktivitas vulkaniknya, tapi ke depannya kami belum tahu," ujarnya.

Saat status siaga level III, PVMBG masih merekomendasikan beberapa hal yang harus dilakukan masyarakat.

Masyarakat, pengunjung, dan wisatawan agar tidak mendekati, tidak melakukan pendakian dan tidak beraktivitas di dalam zona prakiraan bahaya yaitu radius 2,5 kilometer dari puncak kawah dua dan kawah utama serta area perluasan sektoral ke arah barat daya, selatan, tenggara sejauh 3,5 kilometer.

Masyarakat diharapkan mewaspadai guguran lava dan awan panas guguran yang dapat terjadi sewaktu-waktu dari penumpukan material lava sebelumnya karena kondisinya belum stabil dan mudah runtuh, terutama ke sektor selatan, tenggara, barat dan barat daya.

Berikutnya, masyarakat yang tinggal di sekitar bantaran sungai-sungai yang berhulu dari puncak Gunung Karangetang agar meningkatkan kesiapsiagaan dari potensi ancaman lahar karena saat hujan dan banjir bandang dapat mengalir hingga ke pantai.

Baca juga: PVMBG catat 1.328 kali gempa guguran Gunung Karangetang
Baca juga: Pos PGA pantau guguran lava Karangetang mengarah ke sejumlah kali

Pewarta: Karel Alexander Polakitan
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2023