Jakarta (ANTARA News) - Rupiah di pasar spot antarbank Jakarta, Rabu pagi (9.30 WIB) berada pada posisi 9.520/9.530 per dolar AS, melemah lagi 80 poin setelah pada hari sebelumnya ditutup pada posisi 9.440/9.495 per dolar AS. "Kemerosotan rupiah sulit dibendung, meski Bank Indonesia menyatakan siap berada di pasar, namun dengan tingkat rupiah saat ini dikhawatirkan pasar akan panik," kata Direktur Retail Banking PT Bank Mega Tbk, Kostaman Thayib, di Jakarta, Rabu. Ia mengatakan Bank Indonesia harus turun ke pasar melepas dolar AS untuk menahan keterpurukan rupiah lebih lanjut, karena tingkat rupiah itu saat ini sudah sangat riskan. Merosotnya rupiah juga akibat semua mata uang Asia di pasar regional juga melemah, sementara euro dan sterling masih bisa bertahan dari kuatnya tekanan dolar AS, katanya. Rupiah, menurut Kostaman, saat ini memang berada dalam tekanan pasar global, setelah bank sentral AS (The Fed) merencanakan menaikkan kembali suku bunga AS yang ke 17 dari 5.0 persen menjadi 5,25 persen. Sebelumnya The Fed memberikan isyarat akan mengakhiri kenaikan suku bunga AS itu, karena tingkat suku bunga tinggi kurang mendukung pertumbuhan ekonomi di dalam negeri, katanya. Dikatakannya rupiah saat pasar dibuka sudah berada di posisi 9.500 per dolar AS, bahkan menjelang penutupan sesi pagi kembali terpuruk hingga mencapai 9.520 per dolar AS, seiring dengan makin kuatnya aksi beli dolar di pasar. "Kami mengharapkan BI terus melakukan pengawasan ketat agar posisi rupiah kembali dibawah level 9.500 per dolar AS, karena tingkat rupiah di level tersebut kurang mendukung pertumbuhan ekonomi," katanya. Penyebab utama, lanjut dia, merosotnya rupiah itu karena rencana bank sentral AS (The Fed) akan kembali menaikkan suku bunga Fed fund untuk mengantisipasi kecenderungan inflasi yang menguat. Hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi AS melambat yang seharusnya bisa mendorong rupiah menguat namun pada kenyataannya rupiah terus terpuruk, katanya. Namun dolar AS terhadap yen turun menjadi 115,10 dari sebelumnya 115,20, euro jadi 1,2545 dari sebelumnya 1.2530, dan euro terhadap yen jadi 114,50. "Kami mengharapkan ada perubahan di pasar global yang bisa memicu rupiah kembali menguat," ujarnya. Sementara itu, Menko Perekonomian Boediono mengatakan pelemahan nilai tukar rupiah belakangan ini tidak perlu dikhawatirkan, karena lebih disebabkan pengaruh ekonomi global yang menyebabkan nilai tukar dolar AS menguat. "Mata uang lain juga anjlok. Yang penting adalah bagaimana kita mempertahankan kebijakan yang baik ini," kata Boediono. Menurutnya, pengaruh ekonomi global saat ini membuat dolar AS menjadi favorit sebagai instrumen investasi sehingga mata uang lain menjadi turun nilainya. "Yang saya lihat hanya dua mata uang yaitu poundsterling dan euro yang bertahan, sementara yang lainnya anjlok," katanya. Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI), Aslim Tadjuddin dalam kesempatan ini juga mengemukakan pelemahan rupiah itu sejalan dengan pelemahan mata uang utama lainnya. Terkait perkembangan ekonomi global yang terus menekan rupiah, BI akan terus mengawal rupiah agar tidak terlalu bergejolak dengan terus berada di pasar dan akan melakukan intervensi apabila diperlukan, katanya. (*)

Copyright © ANTARA 2006