... Korea Utara sebagai anjing gila yang mempermalukan Beijing... "
Beijing (ANTARA News) - Kekeraskepalaan Korea Utara berupa ujicoba ketiga nuklirnya membuat China dalam posisi dilematis. Apakah Beijing akan menentang sekaligus menghentikan pengembangan senjata nuklir Pyongyang? Atau... membiarkan Pyongyang? 

Beijing dikenal sekutu terpenting Korea Utara; minimal sebagai sesama petahana negara komunis dunia yang kini jumlahnya cuma segelintir saja. Bukti dukungan nyata sahabat sejati Beijing kepada Pyongyang adalah bantuan ekonomi, bisnis, politik, dan militer setelah Perang Korea 1950-1953.

Perang Korea itu menewaskan sekitar 400 tentara China. Saat itu, Korea Utara menjadi zona penyangga China yang menghalangi masuknya 28.500 tentara Amerika Serikat dari Korea Selatan. 

Pengamat menilai, hubungan Beijing-Pyongyang sangat beresiko setelah pemerintahan Kim Jong-un meresahkan masyarakat dunia melalui ujicoba nuklirnya pada hari kedua perayaan Tahun Baru Imlek 2564.

"Semakin banyak orang menyadari, Korea Utara menjadi kewajiban keamanan daripada sekedar aset kemanan untuk China. Tindakan Korea Utara mengacaukan ketenangan," kata Jia Qingguo, pakar hubungan internasional China dari Universitas Peking.

Banyak pengguna media sosial di China menginginkan pemerintahnya bertindak keras terhadap Pyongyang. Mereka mengibaratkan Korea Utara sebagai anjing gila yang mempermalukan Beijing.

Tindakan itu dipicu pemerintah China yang menyerukan seluruh pihak tenang, menahan diri, dan tidak melakukan pembalasan atas ujicoba nuklir Korea Utara. Sikap yang mirip saat China merespon tes nuklir Pyongyang pada 2006 dan 2009.

Kantor Berita China, Xinhua, melaporkan, ledakan nuklir terkini Korea Utara itu bentuk keputusasaan mereka dalam menanggapi ancaman keamanan di Semenanjung Korea dan kawasan.

(A061)

Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2013