Sehingga melaporkan pengelolaan wakaf akan semudah update status (media sosial), karena tinggal memasukkan data nanti jadi laporan keuangan.
Yogyakarta (ANTARA) - Badan Wakaf Indonesia (BWI) bekerja sama dengan Universitas Gadjah Mada (UGM) meluncurkan aplikasi berbasis website bernama Sistem Akuntansi dan Manajemen Wakaf Indonesia (SAMAWI) untuk meningkatkan transparansi pengelolaan wakaf.

Aplikasi yang pengembangannya didukung dana hibah Lembaga Pengelolaan Dana Pendidikan (LPDP) itu diluncurkan di Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) UGM, Yogyakarta, Selasa.

"Aplikasi ini untuk meningkatkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan wakaf. Trennya sekarang mengelola wakaf tidak bisa seadanya, seenaknya, tapi harus transparan, akuntabel, dan produktif," kata salah satu pencipta aplikasi Samawi, Prof. Mahfud Sholihin di sela peluncuran.

Mahfud meyakini aplikasi yang dikembangkan berdasarkan hasil riset sejak 2020 itu bakal mempermudah para nahzir atau pengelola wakaf membuat laporan berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) PSAK 112 secara otomatis.

Baca juga: UGM dukung usulan Satgas Kampus Bebas Narkoba

Baca juga: UGM di peringkat 50 kampus terbaik dunia versi Times Higher Education


"Sehingga melaporkan pengelolaan wakaf akan semudah update status (media sosial), karena tinggal memasukkan data nanti jadi laporan keuangan, jadi tidak repot-repot dan seketika (real time)," ujar Guru Besar FEB UGM ini.

Dengan aplikasi itu, ia berharap kepercayaan masyarakat atau lembaga untuk mewakafkan hartanya ke lembaga wakaf bakal meningkat.

Saat ini, kata Mahfud, aplikasi SAMAWI dikembangkan berbasis website dan ke depan akan dikembangkan dalam versi android dan IOS.

Ada dua jenis aplikasi yang dikembangkan yakni aplikasi SAMAWI-NAZHIR yang diperuntukkan khusus untuk nazir atau lembaga wakaf dan aplikasi SAMAWI-EDU sebagai wahana pembelajaran sivitas perguruan tinggi.

Selain peluncuran Aplikasi SAMAWI, UGM dan BWI juga melakukan penandatanganan nota kesepahaman (MoU) kerja sama pengelolaan investasi dana abadi melalui instrumen Sukuk Wakaf Tunai (Cash Waqf Linked Sukuk/CWLS).

Wakil Rektor UGM Bidang Perencanaan, Keuangan dan Sistem Informasi Prof Supriyadi mengatakan dengan kesepakatan kerja sama ini UGM akan mulai menempatkan dana abadi di BWI melalui instrumen Sukuk Wakaf Tunai.

"Harapannya dana tersebut dapat dikelola dengan baik dan memberikan manfaat yang lebih baik bagi UGM dan masyarakat luas," ujar dia.

Ketua Badan Pelaksana BWI Prof Mohammad Nuh berharap aplikasi SAMAWI mendukung sosialisasi perwakafan agar seluruh mahasiswa, dosen, karyawan, dan tenaga kependidikan dapat memahami wakaf.

Nuh juga berharap semakin banyak perguruan tinggi khususnya yang berstatus PTN Berbadan Hukum (PTN-BH) di Indonesia mampu memberikan kontribusi pada wakaf uang atau dana abadi.

"Beberapa perguruan tinggi juga sudah mulai menempatkan (dana abadi), mulai dari ITS, IPB, ITB, UNPAD, dan UNDIP. Insya Allah, dalam waktu dekat, tidak terlalu lama lagi akan ada UGM. Ini kita fokuskan pada perguruan-perguruan tinggi yang PTNBH," kata dia.*

Baca juga: DPKP DIY libatkan 200 mahasiswa UGM cek kesehatan hewan kurban

Baca juga: PUPR menargetkan GIK UGM senilai Rp557 miliar rampung Februari 2024

Pewarta: Luqman Hakim
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2023