Yogyakarta (ANTARA News) - Hanya beberapa jam sejak status Gunung Merapi ditingkatkan kembali dari "siaga" menjadi "awas" terhitung mulai Rabu pukul 15.00 WIB, Tim SAR Kabupaten Sleman mendapat laporan ada lima warga Kaliadem, Cangkringan hilang serta dua orang terjebak dalam ruang perlindungan (bunker). "Saya sempat berkomunikasi dengan dua orang yang terjebak dalam bunker tersebut," kata Heri, petugas Tim SAR Sleman yang ikut mengamankan evakuasi warga lereng Merapi di barak pengusian Glagaharjo dan Umbulharjo, Cangkringan, Rabu malam. Bahkan dilaporkan pula ada seorang relawan terluka, namun belum diketahui pasti penyebabnya apakah terkena awan panas, karena yang bersangkutan masih dalam perawatan tim kesehatan setempat. Seperti diberitakan, status Gunung Merapi pada Selasa (13/6) pukul 11.00 WIB diturunkan statusnya oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Bandung menjadi "siaga", namun satu hari kemudian dinaikkan kembali ke status "awas" oleh Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta mulai Rabu pukul 15.00 WIB. Sementara itu untuk menghindari kemungkinan terjadinya hal yang lebih buruk terhadap warga lereng Merapi, ribuan warga kini kembali dievakuasi yang hingga Rabu malam telah memenuhi barak-barak pengungsian di Desa Glagaharjo dan Umbulharjo, Cangkringan. Evakuasi ini dilakukan karena luncuran awan panas terjadi terus menerus sepanjang siang ini yang jarak luncurnya bisa mencapai enam sampai tujuh kilometer. Para pengungsi ini sebenarnya sejak Selasa siang (13/6) hingga Rabu pagi (14/6) sudah dikembalikan ke rumah masing-masing, namun setelah hari ini luncuran awan panas Merapi cukup jauh, mereka diminta kembali ke barak-barak pengungsian. Informasi dari warga setempat menyebutkan pula akibat luncuran awan panas ini telah menghanguskan sebagian dari lokasi wisata Bumi Perkemahan Bebeng, Kaliadem, Cangkringan, Sleman. Upaya pengamanan dan evakuasi sampai saat ini masih terus dilakukan oleh aparat Pemerintah kabupaten Sleman, prajurit TNI dan jajaran kepolisian.(*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2006