Kita juga telah melakukan distribusi vaksinasi dari Provinsi Jawa Barat ke kabupaten/kota se-Jawa Barat dengan menjaga rantai dingin
Bandung (ANTARA) -
Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan (DKPP) Jawa Barat mempercepat pelaksanaan vaksinasi lumpy skin disease (LSD) atau cacar sapi/kerbau sebagai antisipasi penyebaran penyakit cacar pada sapi/kerbau di wilayah tersebut.
 
"Antisipasi yang sudah dilakukan Jabar melakukan komunikasi, informasi, edukasi (KIE) pada masyarakat serta dinas  terkait di kabupaten/kota, serta melakukan upaya  mempercepat pelaksanaan vaksinasi LSD," kata Kepala Bidang Kesehatan Hewan dan Masyarakat Veteriner Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan (DKPP) Jawa Barat Supriyanto, ketika dihubungi, Rabu.
 
Dinas Peternakan dan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Barat juga telah mendistribusikan obat-obatan dan desinfektan untuk digunakan di kabupaten/kota se-Jawa Barat.
 
Supriyanto mengatakan Pemerintah Provinsi Jawa Barat telah menerima 90.000 dosis vaksin LSD dari Kementerian Pertanian yang telah didistribusikan ke kabupaten/kota di Jawa Barat.
 
Untuk tenaga vaksinator, kata dia, di Jawa Barat terdapat 917 petugas yang terdiri dari 282 orang medik veteriner, 362 orang paramedik veteriner, dan 273 orang inseminator.
 
Supriyanto menyatakan, untuk menekan kasus LSD, pihaknya telah melakukan pengawasan lalu lintas ternak yang masuk ke wilayah Jawa Barat, yaitu dengan melakukan pemeriksaan dokumen dan pemeriksaan klinis oleh petugas pada ternak yang melewati "check point" Jawa Barat.
 
"Kita juga telah melakukan distribusi vaksinasi dari Provinsi Jawa Barat ke kabupaten/kota se-Jawa Barat dengan menjaga rantai dingin, petugas provinsi dapat mengantarkan ke kabupaten/kota atau petugas kabupaten/kota mengambil ke provinsi," katanya.
 
Dosis yang didistribusikan sebanyak 74.600 dari 90.000 dosis, dan hingga saat ini distribusi masih berlangsung.
 
Supriyanto memastikan bahwa daging dari sapi yang pernah terserang LSD aman untuk dikonsumsi apabila karkas dan organnya normal atau tidak menunjukkan perubahan.
 
Apabila karkas dan daging mengalami kelainan, dilakukan penyayatan dan pemisahan.
 
Jika karkas dan organ dari hewan menunjukkan adanya infeksi sistemik seperti pembesaran kelenjar, pendarahan di berbagai organ, adanya perubahan warna menjadi kekuningan maka daging tersebut tidak layak untuk dikonsumsi dan harus dimusnahkan.
 
"Kita juga meminta peternak dapat berhati-hati saat membeli ternak baru, sebaiknya berkonsultasi terlebih dahulu kepada petugas kesehatan hewan setempat sebelum me-lalu-lintas-kan hewan," kata dia.
 
Peternak juga perlu untuk menjaga kebersihan sekitar kandang, memperhatikan asupan makan dan air minum ternak, serta memperhatikan kesehatan ternak. Peternak dapat segera melaporkan apabila menemukan gejala ternak yang sakit ke petugas kesehatan hewan setempat.
 
Supriyanto mengimbau kepada masyarakat agar tidak perlu ragu untuk berkurban.
 
Menurutnya, pilih ternak yang sehat dan memiliki Surat Keterangan Kesehatan Hewan yang ditandatangani oleh dokter hewan setempat.
 
Untuk ternak sapi, masyarakat dapat memilih ternak yang memiliki eartag penandaan nasional dan untuk kambing dapat memilih ternak yang memiliki tanda sehat.
 
"Masyarakat dapat melaksanakan kurban sesuai dengan Fatwa Majelis Ulama Indonesia Nomor 34 Tahun 2023 tentang Hukum dan Panduan Pelaksanaan Ibadah Kurban saat Merebaknya Penyakit Lumpy Skin Disease (LSD) dan Antisipasi Penyakit Peste Des Petits Ruminants (PPR) pada Hewan Kurban," ujar Supriyanto.

LSD atau cacar sapi/kerbau merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus yang utamanya menyerang hewan sapi. Penyakit ini dicirikan dengan adanya benjolan pada kulit sapi.

Virus penyebab LSD termasuk dalam genus capripoxvirus yang ditularkan melalui antropoda, terutama serangga penghisap darah (lalat, nyamuk, caplak), pakan dan air yang terkontaminasi, serta penularan langsung melalui saliva, sekresi hidung, dan air mani.

Supriyanto, LSD hanya menyerang sapi dan kerbau karena hewan tersebut merupakan spesies yang paling rentan tertular LSD virus (LSDV).

Virus tersebut memiliki reseptor spesifik pada sel dalam tubuh sapi yang menyebabkan virus dapat masuk dan bereplikasi di dalam tubuh.

"Hewan lain kemungkinan tidak memiliki reseptor spesifik yang dibutuhkan oleh virus untuk menginfeksi sel secara efektif. Sapi merupakan host utama dan paling rentan terserang LSD, spesies lain seperti kerbau air dan ruminansia liar. Namun, kambing dan domba dilaporkan resisten terhadap infeksi LSDV," kata dia.

Menurut Supriyanto, penyakit ini menyebabkan timbulnya benjolan atau bintik-bintik pada kulit hewan yang tertular. Yang diawali dengan bintik-bintik tersebut kecil dan keras, tetapi secara bertahap tumbuh ukurannya dan menjadi lembut serta berisi cairan.

"Kulit di atas bintik-bintik tersebut dapat menjadi merah, membengkak, dan akhirnya mengalami ulserasi, yang kemudian dapat menyebabkan infeksi bakteri sekunder," kata Supriyanto.

Supriyanto menyatakan bahwa kasus LSD terdeteksi sudah masuk Jawa Barat.

Menurutnya, terdapat satu kabupaten/kota Zero Reported Case (Kota Bandung), dan sembilan kabupaten/kota memiliki kasus aktif di bawah 50 kasus.
 
"Lima kabupaten/kota memiliki kasus aktif di bawah 50 hingga 100 kasus, 12 kabupaten/kota memiliki kasus aktif tertinggi," katanya.

 

Pewarta: Ajat Sudrajat
Editor: Sambas
Copyright © ANTARA 2023