Tokyo (ANTARA) - Dolar melayang di dekat level terendah tiga minggu terhadap euro dan level terendah satu bulan versus sterling di sesi Asia pada Rabu sore, setelah data inflasi AS yang lemah secara tak terduga memperkuat pandangan bahwa Federal Reserve akan melewatkan kenaikan suku bunga di kemudian hari.

Namun, yuan China merosot ke terendah 6,5 bulan, sehari setelah bank sentral memangkas suku bunga, di tengah spekulasi bahwa lebih banyak stimulus akan dilakukan untuk mendukung pemulihan ekonomi pasca-COVID yang tersendat.

Indeks dolar - yang mengukur mata uang terhadap enam mata uang utama saingannya, termasuk euro dan sterling - datar di 103,30 di perdagangan Asia, setelah turun ke level terendah sejak 22 Mei semalam di 103,04.

Indeks harga konsumen (IHK) AS naik tipis hanya 0,1 persen bulan lalu, dan mencatat kenaikan tahun-ke-tahun terkecil sejak Maret 2021 sebesar 4,0 persen.

Itu membuat taruhan untuk kenaikan seperempat poin ke suku bunga AS pada Rabu dikupas menjadi kurang dari 6,0 persen saat ini, dari 21 persen 24 jam sebelumnya, menurut Alat FedWatch CME Group.

"Laporan inflasi yang lemah secara efektif memperkuat jeda Fed, meskipun saya ragu itu akan cukup untuk menjamin nada dovish karena itu bukan kepentingan mereka dengan IHK dua kali lipat dari target Fed," kata Matt Simpson, analis pasar senior di City Index, yang menunjuk ke 103 sebagai level support utama untuk indeks dolar.

"Meskipun itu cukup untuk mengirim euro/dolar di atas 1,0800, itu tidak cukup untuk mempertahankannya mengingat jeda hawkish tampaknya sangat mungkin terjadi."

Euro sedikit berubah pada 1,07885, setelah mencapai tertinggi 1,08235 dolar pada Selasa (13/6/2023). Bank Sentral Eropa memutuskan kebijakan pada Kamis (15/6/2023), dengan kenaikan suku bunga seperempat poin diperkirakan secara luas.

Sterling sebagian besar datar di 1,2607 dolar, setelah melonjak 0,8 persen di sesi sebelumnya dan mencapai level tertinggi sejak 11 Mei di 1,2625 dolar.

Dolar turun 0,09 persen menjadi 140,11 yen. Dolar naik ke level tertinggi sejak 5 Juni di 140,31 pada Selasa (13/6/2023) meskipun angka inflasi AS lemah, dengan Bank Sentral Jepang diperkirakan mempertahankan pengaturan kebijakan ultra-longgar pada Jumat (16/6/2023).

Kepala strategi mata uang National Australia Bank, Ray Attrill, memperkirakan risiko pelemahan dolar menyusul keputusan Fed, dengan potensi indeks dolar turun menuju 102 dalam beberapa hari mendatang.

"Jeda hawkish bukanlah kejutan hawkish," katanya, dikutip dari Reuters.

"Harganya sangat bagus sehingga saya tidak berpikir itu akan menjadi sumber dukungan untuk dolar - bahkan mungkin sebaliknya."

Di tempat lain, dolar Australia naik tipis menjadi 0,6772 dolar AS, setelah mencapai level tertinggi sejak 10 Mei pada Selasa (13/6/2023) di 0,6807.

Aussie mendapatkan dukungan tambahan dari keputusan Bank Sentral China (PBoC) yang memangkas suku bunga reverse repo tujuh hari untuk pertama kalinya dalam 10 bulan pada Selasa (13/6/2023). China adalah tujuan utama ekspor sumber daya Australia.

PBoC secara luas diperkirakan akan memotong suku bunga pinjaman jangka menengah pada Kamis (15/6/2023), ketika akan memperpanjang 200 miliar yuan (27,93 miliar dolar AS) dari pinjaman semacam itu, sebuah jajak pendapat Reuters menunjukkan. Banyak analis memperkirakan pemotongan suku bunga pinjaman acuan China untuk pinjaman korporasi dan perumahan minggu depan.

Yuan semula menyentuh 7,1785 per dolar dalam perdagangan luar negeri untuk pertama kalinya sejak 29 November, tetapi sedikit berubah di 7,1707 sekitar tengah hari.

Baca juga: Yuan merosot 68 basis poin menjadi 7,1566 terhadap dolar AS
Baca juga: Dolar jatuh di awal sesi Asia terseret meningkatnya taruhan jeda Fed
Baca juga: Dolar melemah di tengah perlambatan inflasi AS

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2023