Madinah (ANTARA) - Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi menyiapkan kain ihram untuk jamaah laki-laki dan pakaian ihram atau gamis untuk jamaah perempuan sebagai pengganti sementara jika yang dikenakannya najis.

"Teman-teman di Bir Ali (tempat miqot, red) sudah menyiapkan pengganti untuk ibu-ibu, tapi penggantinya sifatnya sementara sebelum mereka sampai ke Mekah," kata Kasi Layanan Jamaah Lansia Arif Nurrawi di Madinah, Rabu.

Arif menjelaskan jamaah sudah harus mengenakan pakaian ihram sejak dari hotel tempat menginap saat pemberangkatan dari Madinah ke Bir Ali, kemudian ke Mekah.

Baca juga: Kemenag minta jamaah gelombang II kenakan ihram sejak di embarkasi

Jamaah haji, kata Arif, tidak perlu khawatir seandainya di luar dugaan pakaian ihramnya terkena najis, karena petugas akan menyiapkan pengganti sementara sebelum jamaah sampai ke Mekah.

"Seperti halnya jamaah laki-laki, kalau terjadi hal-hal yang diluar dugaan seperti terkena najis disiapkan baju pengganti karena ibadah lanjut di Mekah tidak boleh dikotori apalagi najis," kata Arif.

Arif mengungkap upaya tersebut merupakan bagian dari layanan yang diberikan kepada jamaah haji dengan melaksanakan kebijakan yang menjadi perhatian Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas.

"Dari tema penyelenggaraan haji tahun ini, ramah lansia dan berkeadilan. Pertama yang menjadi prioritas harus melaksanakan tugas-tugas yang menjadi kebijakan bapak menteri, yaitu bagaimana mengutamakan, melayani, dan melindungi jamaah, lebih khusus jamaah lansia," katanya.

Jumlah jamaah calon haji lansia, katanya, sebanyak sepertiga dari jamaah reguler secara keseluruhan, karenanya aktivitas jamaah calon haji harus benar-benar dipantau oleh seluruh petugas haji dari semua layanan.

"Jadi, kami dari petugas layanan lansia berkoordinasi secara aktif, baik di Daker maupun di sektor khususnya maupun kepada perangkat kelompok terbang (kloter) ketua kloter, pembimbing, dan tenaga kesehatan bahwa kita punya tugas yang sama untuk mengutamakan dan melindungi jamaah lansia," kata dia.

Khusus di Madinah, lanjutnya, karena utamanya jamaah, secara khusus jamaah lansia ada yang melaksanakan ibadah Arbain, kemudian ada berziarah ke Masjid Quba, Qiblatain, Jabal Uhud, dan yang ditunggu-tunggu oleh jamaah lansia adalah ke Raudhah.

"Kami kawal semaksimal mungkin, sehingga ada perasaan di hati para jamaah, khususnya jamaah lansia ini rasa yang sangat puas ketika berada di Madinah," kata dia.

Khusus jamaah lansia, sesuai dengan surat edaran yang disampaikan kepada ketua kelompok terbang (kloter), ketua rombongan (karom), ketua regu (karu), termasuk jamaah melalui sosialisasi rutin dan masif, kepada jamaah lansia diprioritaskan untuk beribadah.

Baca juga: Jamaah lansia tetap bisa gunakan popok saat ihram

Baca juga: Jamaah diminta pakai kain ihram dari penginapan jelang miqot


"Seperti selama di pemondokan di Madinah, mereka tidak perlu ke Nabawi dalam artian harian karena kondisi fisik, sebab masih ada rukun wajib haji di Mekah yang harus diikuti," katanya.

Ia mengakui hal tersebut tidak mudah, karena petugas harus bisa meyakinkan jamaah lansia untuk tetap berada di pemondokan dan ada waktu tertentu difasilitasi dengan kursi roda atau dengan dikawal sampai ke Nabawi dan perlu perhatian khusus, termasuk ketika mereka bertolak ke Mekah.

"Mereka harus ambil miqot, niat di Bir Ali dan jamaah lansia, khususnya siang hari, karena panas mereka tinggal di bus, ambil niat, shalat sunah dua rakaat di situ," katanya.

Pewarta: Nur Istibsaroh
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2023