Ada hoaks kalau donor nanti darahnya habis, itu tidak benar, justru darah akan tergantikan dengan yang lebih baik, karena oksigenasi di dalam tubuh kita melalui aliran darah menjadi lebih baik
Jakarta (ANTARA) -
Ketua Bidang Pengembangan Unit Donor Darah Palang Merah Indonesia (UDD PMI) dr Linda Lukitari Waseso menganjurkan masyarakat menjadikan donor darah sebagai gaya hidup untuk meningkatkan kesehatan diri sendiri sekaligus membantu orang lain yang membutuhkan.
 
“Donor darah memang seharusnya menjadi gaya hidup, kalau penduduk di Indonesia yang banyak ini, misalnya 80 persen menjadikan donor darah sebagai lifestyle, maka penduduknya sehat semua,” kata Linda pada diskusi yang diikuti secara daring di Jakarta, Rabu.
 
Diskusi yang mengulas tentang peran UDD PMI dalam memenuhi kebutuhan darah nasional diselenggarakan dalam rangka memperingati hari donor darah sedunia yang jatuh pada hari ini, Rabu (14/6).
 
Data yang disampaikan Linda, kebutuhan darah di Indonesia yakni dua persen dari total jumlah penduduk, dimana pada 2022 PMI telah mengumpulkan donasi kantong darah sebanyak hampir 3,8 juta dari seluruh Indonesia, dan telah memenuhi 93 persen kebutuhan darah secara nasional sesuai dengan standar World Health Organization (WHO).
 
“Kita mengoleksi kantong darah kurang lebih 3,8 juta, tapi itu kan kita bagi komponen lagi, jadi satu kantong darah bisa dibagi tiga, yaitu trombosit, plasma, dan sel darah merah, sehingga satu kantong darah itu bisa untuk tiga orang, dan kekurangannya bisa diatasi oleh pemerintah, karena penyelenggaranya saat ini tidak hanya PMI, tetapi pemerintah pusat dan daerah,” kata dia.

Linda juga meluruskan hoaks yang selama ini beredar di tengah masyarakat, bahwa ketika mendonorkan darah maka darah bisa habis. Sebaliknya, donor darah justru akan membuat tubuh lebih sehat.
 
“Ada hoaks kalau donor nanti darahnya habis, itu tidak benar, justru darah akan tergantikan dengan yang lebih baik, karena oksigenasi di dalam tubuh kita melalui aliran darah menjadi lebih baik, jadi kita ringan badannya, malah nanti ketagihan deh,” ujar dia.
 
Linda menuturkan, PMI secara rutin mengajak masyarakat untuk donor darah, baik itu melalui media sosial, diskusi secara daring maupun luring, hingga lewat komunitas, salah satunya adalah komunitas rhesus negatif yang secara aktif bergerak bersama PMI untuk memenuhi kebutuhan para pasien yang membutuhkan donor darah rhesus negatif, mengingat jumlahnya sangat langka di Indonesia.
 
Ketua Umum Komunitas Rhesus Negatif Indonesia, Lici Murniati mengaku memanfaatkan kegiatan donor darah sebagai "skrining" kesehatan rutin yang menjadi indikator kesehatan tubuhnya.
 
“Kalau periksa hemoglobin (HB), normalnya kan 12,5, nah ketika mau donor misalnya HB saya di bawah itu, jadi patokan tersendiri buat saya, wah ada yang nggak benar nih di pola hidup saya, dari situ saya mulai memperbaiki kembali pola tidur, pola makan, jadi sekaligus untuk skrining kesehatan juga,” kata Lici.
 
Lici mengungkapkan, rasa terima kasih kepada para pendonor, khususnya bagi para pemilik golongan darah rhesus negatif yang selama ini telah aktif membantu mencukupi kebutuhan darah para pasien yang membutuhkan donor.
 
“Pada dasarnya kita anggap hari ini adalah hari raya kita para pendonor, kita rayakan dengan gembira, karena ini dirayakan sedunia. Kita harus bangga menjadi pendonor, nggak ada ruginya sama sekali, karena dengan mendonor, selain berbagi buat orang lain, kita juga bisa menjaga kesehatan kita sendiri, untuk itu jadikan donor darah sebagai bagian gaya hidup kita,” tuturnya.

Baca juga: Ahli hematologi onkologi: 1 pendonor darah bisa selamatkan tiga nyawa
Baca juga: Peringati Hari Donor Darah Sedunia, Tugure Gelar Kegiatan Donor Darah
Baca juga: Dokter: Donor plasma darah bantu penanganan gangguan pembekuan darah

Pewarta: Lintang Budiyanti Prameswari
Editor: Sambas
Copyright © ANTARA 2023