Ankara (ANTARA News) - Perdana Menteri Turki Recep Tayyip Erdogan hari Minggu meminta penduduk di wilayah tenggara negara itu yang mayoritas warga Kurdi untuk mendukung negosiasi perdamaian dengan kelompok terlarang PKK.

"Kami telah memulai sebuah proses... untuk memberi peluang bagi penyelesaian politik. Selama anda mendukung kami, maka kami akan menangani masalah ini secara pasti," kata Erdogan kepada para pendukung partai di kota Midyat, yang memiliki penduduk campuran etnik Kurdi, Turki dan Arab, lapor AFP.

"Isya Allah, kami akan mengatasi masalah ini selama anda membantu kami dengan doa-doa anda," katanya dalam pernyataan yang disiarkan televisi, menunjuk pada pemberontakan yang diluncurkan oleh kelompok terlarang Partai Buruh Kurdistan (PKK) pada 1984.

Badan intelijen Turki memulai lagi pembicaraan dengan pemimpin PKK yang dipenjara, Abdullah Ocalan, akhir tahun lalu, dengan tujuan utama melucuti senjata pemberontak yang menggunakan pangkalan-pangkalan di Irak sebagai tempat peluncuran serangan terhadap pasukan keamanan Turki di wilayah tenggara.

Partai Pembangunan dan Keadilan (AKP) yang berkuasa kubu Erdogan didesak agar mengakhiri konflik Kurdi yang telah berlangsung hampir tiga dasarwarsa.

Ocalan yang menjadi buronan ditangkap di Kenya pada 15 Februari 1999 dalam operasi rahasia Turki setelah ia diasingkan dari Suriah, dimana ia berpangkalan selama satu dasawarsa untuk mengatur dari jauh Partai Buruh Kurdistan (PKK).

Vonis awal hukuman mati terhadap Ocalan diubah menjadi hukuman penjara seumur hidup di sebuah penjara pulau di lepas pantai Istanbul sejak 2002.

Setiap tahun demonstran Kurdi bentrok dengan polisi Turki untuk memprotes penangkapan pemimpin mereka itu.

Turki, Uni Eropa dan AS menganggap Partai Buruh Kurdistan (PKK) sebagai sebuah organisasi teroris.

Militer Turki melancarkan serangan-serangan udara dan operasi darat terbatas ke Irak utara sejak Agustus 2011 menyusul gelombang serangan gerilyawan PKK, setelah macetnya gencatan senjata sebelumnya.

PKK melancarkan serangan-serangan dari tempat persembunyian mereka di kawasan pegunungan terpencil Irak sebagai bagian dari perang mereka untuk memperoleh hak dan otonomi lebih besar bagi penduduk Kurdi.

Lebih dari 40.000 orang tewas sejak PKK mengangkat senjata pada 1984. (M014)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2013