Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah kemungkinan hanya akan merealisasikan pinjaman non-Consultative Group on Indonesia (CGI) untuk tahun 2006 sebesar 0,4 miliar hingga 0,5 miliar dolar AS. "Dalam budget yang asli, diestimasi ada pinjaman non-CGI sebesar 900 juta dolar AS, namun kemungkinan untuk tahun 2006 ini kita hanya akan merealisasi pencairannya sebesar 0,4 miliar hingga 0,5 miliar dolar AS," kata Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati di Jakarta, Rabu. Ia menyebutkan, defisit APBN 2006 akan mencapai sebesar 1,3 hingga 1,5 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) atau sekitar 16,7 miliar dolar AS hingga 17 miliar dolar AS. Semula defisit APBN diperkirakan hanya mencapai 0,7 persen, namun meningkat menjadi 1,3 hingga 1,5 persen antara lain karena adanya tambahan kebutuhan untuk pendanaan rehabilitasi dan rekonstrusi Yogyakarta dan Klaten, tambahan anggaran pendidikan, pembangunan infrastruktur, subsidi PLN, dan adanya program luncuran 2005 ke 2006. "Untuk pembiayaan defisit yang lebih besar itu, pemerintah mengharapkan memperoleh pembiayaan dari dalam negeri maupun pembiayaan dari luar negeri," katanya. Dari total pembiayaan yang diperlukan sebesar 16,7 miliar dolar AS hingga 17 miliar dolar AS itu, jelas Menkeu, pemerintah akan melakukan pembiayaan dari dalam negeri sebesar 12 miliar dolar AS hingga 12,3 miliar dolar AS, sehingga diperlukan pembiayaan dari luar negeri sebesar 4,4 miliar dolar AS. "Forum CGI sudah menyampaikan komitmen pinjaman sebesar 3,9 juta dolar AS sehingga terdapat kekurangan sebesar 0,5 miliar dolar AS yang akan ditutup dari pinjaman non CGI," jelasnya. Ia menyebutkan, dalam APBN awal ada estimasi bahwa pinjaman non CGI ada sebesar 900 juta dolar AS, namun kemungkinan realisasinya hanya akan sebesar 0,4 miliar hingga 0,5 miliar dolar AS sesuai kebutuhan. Sementara itu mengenai debt swap, Menko Perekonomian Boediono mengatakan, pertemuan CGI pada 14 Juni 2006 tidak membicarakan masalah debt swap atau pengalihan utang ke program lain. "Debt swap ini semacam keringanan di mana sebagian dari utang kita akan diubah statusnya menjadi sesuatu yang kita pakai sendiri, misalnya untuk rekonstruksi paska bencana alam," katanya. Boediono menyebutkan, sejumlah negara berminat untuk menawarkan debt swap kepada Indonesia, termasuk untuk merespon berbagai bencana alam yang terjadi Indonesia seperti gempa di Yogya dan Jawa Tengah. "Tetapi angka-angka masih kita bahas lagi dengan masing-masing negara," kata Boediono.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2006