Jakarta (ANTARA) - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyatakan bahwa Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) memiliki peran penting untuk menyosialisasikan pemberantasan sarang nyamuk melalui 3M Plus untuk mencegah virus dengue menyebar.  

“3M itu adalah menguras dan menyikat, menutup tempat penampungan air dan memanfaatkan atau mendaur ulang barang bekas. Sedangkan Plus-nya itu mencegah gigitan dan perkembangbiakan nyamuk,” kata Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kemenkes Imran Pambudi yang dikonfirmasi ANTARA di Jakarta, Kamis.

Imran menuturkan kasus dengue di Indonesia sudah mulai terlihat naik sekitar 20 hingga 30 persen. Dalam data kumulatif yang Kemenkes himpun dari awal tahun hingga minggu ke-22 tahun 2023 saja, sudah ada 35.694 kasus dengue yang ditemukan dan 270 kasus kematian yang diakibatkan oleh dengue.   

Baca juga: Kemenkes: Wolbachia teknologi ramah berkelanjutan untuk lawan dengue
  
Kemenkes melihat sejumlah daerah seperti Bali dan Jawa Barat mengalami kenaikan kasus yang salah satunya disebabkan oleh perubahan cuaca dan kota-kota yang sudah dipadati oleh penduduk.

“Kemudian kalau dulu orang bisa melihat rumahnya, karena di rumah terus. Sekarang karena sudah mulai kerja, jadi perhatian terhadap lingkungan mulai menurun,” katanya.

Mengingat kasus penularan dengue paling banyak ditemukan pada usia anak-anak, UKS di sekolah bisa digerakkan tidak hanya untuk melakukan pemeriksaan kesehatan kepada warga sekolah, tapi juga bisa membantu pemerintah dalam menyampaikan pentingnya membersihkan lingkungan di sekitar rumah.

Misalnya, memilah sampah-sampah sesuai jenisnya, sehingga tidak ada tempat untuk air kotor mengendap dan menjadi tempat nyamuk Aedes aegypti pembawa virus dengue bertelur.

Sosialisasi juga bisa berupa pentingnya menguras bak mandi, vas bunga, tatakan dispenser di sekolah atau kontainer lainnya dalam jangka waktu tertentu supaya kualitas air tetap bersih. Termasuk pemakaian losion bila sekolah dikelilingi tumbuhan hijau dan pentingnya pemberian vaksin dengue agar anak terhindar dari penularan.

Baca juga: Kemenkes: ASEAN Dengue Day bukti Indonesia serius tangani dengue

UKS juga bisa mengajak para guru dan orang tua aktif memantau jentik seminggu satu kali, dengan catatan harus diiringi dengan 3M Plus tadi. Selanjutnya memberitahu orang tua situasi terkini dari perkembangan dengue di wilayahnya, sehingga menimbulkan rasa waspada dan memahami gejala secara tepat ketika anak terinfeksi dengue.

“Kalau di sekolah melalui UKS, gurunya selalu kita informasikan. Informasi ini juga kita harus sampaikan ke sekolahnya, terutama di sekolah yang daerahnya sering banyak (ditemukan kasus dengue). Ini kita sudah buat kebijakan lagi, dari Dinas Kesehatan (Dinkes) dan bagaimana promosi kesehatannya,” kata Imran.

Imran menambahkan cara tersebut lebih efektif dibandingkan menunggu pemerintah menggelar penyemprotan fogging. Selain asapnya yang mengganggu, cara itu dirinya anggap tidak efektif karena fogging baru dilakukan ketika ada laporan kasus dengue yang ditemukan.

Dengan demikian, hal penting yang Imran tekankan adalah lebih baik segera melakukan pencegahan secara lebih masif seperti mencegah nyamuk bertelur dan menciptakan lingkungan yang sehat bagi anak untuk berkegiatan.

“Jadi masyarakat juga harus tahu, tanggung jawab, orang tua juga bagaimana memastikan lingkungan bersih, jangan ada jentiknya. Ketahui tanda bahaya dan bagi pemerintah daerah, kita harus bahu membahu untuk bisa menguatkan antar sektor, kesehatan, lingkungan hidup, infrastruktur juga agar bisa memberikan pencegahan yang baik pada masyarakat,” ujarnya.

Baca juga: Kemenkes temukan 35.694 kasus dengue di awal tahun 2023

Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Nurul Hayat
Copyright © ANTARA 2023