Jakarta (ANTARA) - Sebuah model bahasa besar (large language model/LLM) generalis yang menggunakan isyarat visual untuk melakukan tugas-tugas segmentasi acak berhasil mendapat perhatian luas di  Forum Zhongguancun 2023.

Model bahasa yang dikembangkan oleh Akademi Kecerdasan Buatan Beijing (Beijing Academy of Artificial Intelligence/BAAI) itu menunjukkan komitmen China untuk memanfaatkan peluang yang dihadirkan oleh pengembangan LLM.

Kepala Institut Informasi Ilmiah dan Teknis China (Institute of Scientific and Technical Information of China/ISTIC) Zhao Zhiyun menyampaikan bahwa teknologi LLM China telah berkembang pesat bersama berbagai jalur teknis dalam beberapa tahun terakhir.

Beberapa teknologi yang terlatih sebelumnya dan memiliki pengaruh industri telah muncul di berbagai bidang termasuk pemrosesan bahasa alami (natural language processing) dan visi mesin, imbuh Zhao.

Penerapan LLM untuk tujuan umum di China sedang meluas dari sektor perkantoran dan hiburan ke bidang-bidang seperti perawatan kesehatan, sektor industri, dan pendidikan, menurut sebuah laporan yang dirilis oleh ISTIC.

Laporan itu juga menyatakan bahwa saat ini, 14 daerah setingkat provinsi di China sedang mengerjakan pengembangan LLM, termasuk 38 pengembangan di antaranya dilakukan di Beijing dan 20 lainnya di Provinsi Guangdong, China selatan.

Seiring dengan ChatGPT yang memelopori gelombang baru pengembangan teknologi LLM berbasis kecerdasan buatan (AI) global, China mengumpulkan sumber daya inovasi AI untuk melakukan penelitian pada algoritma dan teknologi utama LLM.

Menurut sebuah rencana yang baru-baru ini dirilis oleh Beijing untuk mendorong inovasi dan pengembangan AI, skala industri inti AI di kota itu diperkirakan akan mencapai 300 miliar yuan (1 yuan = Rp2.083) pada 2025.

Shanghai telah merilis serangkaian kebijakan untuk mendukung partisipasi perusahaan swasta dalam pembangunan infrastruktur AI seperti data dan daya komputasi.

Distrik Xuhui di Shanghai secara aktif membina dan memperkenalkan sejumlah tim penelitian dalam membangun sebuah pusat (highland) klaster ekologi dan aplikasi inovatif LLM.

Shenzhen di Provinsi Guangdong, China selatan, juga mengusulkan untuk mengintegrasikan sumber daya pendanaan di bidang AI dengan skala mencapai 100 miliar yuan guna menopang pasokan klaster daya komputasi cerdas, kemampuan inovasi beragam teknologi dan produk inti utama, serta tingkat aglomerasi industri.

Sejumlah pakar juga menekankan pentingnya menjaga pendekatan yang tenang dan terarah terkait pengembangan AI di China.

"China telah menjadi pasar aplikasi AI terbesar di dunia, namun masih tertinggal dalam hal teknologi dasar dan talenta," ujar Dai Qionghai, Dekan Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Informasi di Universitas Tsinghua.

Dai menyerukan penguatan pembinaan talenta dan penelitian dasar di bidang AI, serta menggenjot inovasi orisinal.

Universitas, lembaga penelitian ilmiah, dan perusahaan terlibat dalam pengembangan LLM, namun penelitian dan pengembangan bersama antara akademisi dan industri masih belum memadai, demikian menurut laporan ISTIC.

Zhao menuturkan bahwa beragam upaya harus dilakukan untuk mendorong pengembangan berbasis skenario dan membangun model-model terspesialisasi di bidang keuangan, perawatan medis, tenaga listrik, dan bidang-bidang lainnya guna mencapai terobosan aplikasi berkualitas tinggi.

Skenario dan data aplikasi tersebut dapat membantu meningkatkan teknologi LLM, imbuh Zhao. 


 

Pewarta: Xinhua
Editor: Satyagraha
Copyright © ANTARA 2023