Jakarta (ANTARA) - Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) menilai bahwa Candi Borobudur yang ada di Magelang, Jawa Tengah kekurangan atraksi menarik untuk menghibur wisatawan yang berkunjung di sana.

“Kalau kita perhatikan di situ, semua orang hanya berputar pada bangunan candi karena tidak ada atraksi lain dan itu adalah masalah utama dari Borobudur sekarang ini,” kata Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek Hilmar Farid dalam Katadata Insight Center (KIC) yang diikuti secara daring di Jakarta, Kamis.

Himar menuturkan jika wisatawan yang berkunjung memperhatikan lebih jeli, daya tarik Candi Borobudur tidak hanya bertumpu pada susunan stupa dan selasar candi yang begitu luas, melainkan ada pula lahan sebesar 80 hektare yang membentang di dalamnya.

Sayangnya, lahan yang luas itu justru tidak memiliki atraksi atau kegiatan menarik apapun yang bisa menghibur wisatawan sebelum naik ke arah bangunan candi.

Padahal berdasarkan Survey KataData yang dilakukan dalam kurun waktu 21 Maret hingga 18 April 2023 kepada 2.191 responden, 86 persen wisatawan merupakan petualang santai yang ingin mencari hiburan, mengalami pengalaman seru, meredakan stres dan mencari petualangan baru.

Sedangkan 14 persen lainnya mengaku ingin mengeksplorasi peninggalan sejarah dan budaya, belajar tentang budaya dan cara hidup dan bertemu dengan orang baru.

Baca juga: TWC: Ruwat Rawat Borobudur jaga spiritualitas Candi Borobudur

Kekurangan atraksi itu, katanya, kemudian membuat para wisata lebih memilih naik untuk melihat pemandangan dari atas candi sambil berswafoto, serta mengelilingi candi untuk melihat relief pada dinding.

Hal lain yang terjadi adalah pengunjung jadi menumpuk di satu tempat dalam waktu yang bersamaan dan berpotensi merusak bagian tubuh candi.

Lebih lanjut Hilmar berpendapat jika disesuaikan dengan Peraturan Presiden Nomor 58 Tahun 2014 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Borobudur dan Sekitarnya, kawasan Candi Borobudur membentang dari Magelang, Purworejo hingga Kulonprogo.

Bila para wisatawan tadi disebar ke seluruh area candi dan dibantu dengan atraksi-atraksi yang menarik, Hilmar meyakini bahwa pengunjung bisa menggali lebih dalam lagi keindahan Borobudur ataupun hal-hal yang dirinya cari.

Meski demikian, ketika menanggapi jenis atraksi seperti apa yang diinginkan pun, Hilmar mengatakan karena Borobudur adalah sebuah cagar budaya, pengelolaan setiap jenis kegiatan di dalamnya harus mengutamakan pelestarian candi.

Sehingga pemerintah juga masih mengkaji jenis atraksi atau pariwisata seperti apa yang cocok baik dengan kondisi candi ataupun keinginan publik, yang tentunya kebijakan yang akan diambil akan berbasis dengan data di lapangan, karena hal tersebut akan berhubungan dengan durasi wisatawan berkunjung, jumlah dana yang dikeluarkan oleh wisatawan.

“Saya kira sangat membantu untuk mulai memikirkan kebijakan yang lebih solid mengenai pengelolaan Borobudur dan juga kawasan Candi Borobudur secara jauh lebih baik,” kata Hilmar.

Baca juga: Injourney: Borobudur siap jadi pusat destinasi spiritual dunia

Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2023