Jakarta (ANTARA) - DPP PDI Perjuangan (PDIP) memastikan seluruh bakal calon anggota legislatif (caleg) partainya akan mengikuti pendidikan berjenjang dalam menghadapi sistem proporsional terbuka.

PDIP juga menyusun strategi dengan tujuan ingin memastikan para bakal caleg bisa bekerja sama dalam pemenangan sehingga tidak terjadi kanibalisme politik yang menjadi ancaman dari demokrasi liberalisme-kapitalisme.

“Partai akan segera melakukan pendidikan politik untuk melakukan proses pendidikan politik yang akan diikuti bakal calon legislatif mulai dari DPR RI, DPRD Provinsi, maupun DPRD Kabupaten/Kota. Ini akan kami lakukan begitu selesai atau menjelang selesai ditetapkannya daftar calon tetap,” ujar Ketua DPP Bidang Ideologi dan Kaderisasi PDIP Djarot Saiful Hidayat saat konferensi pers virtual di Jakarta, Kamis.

Djarot menjelaskan PDIP sebagai partai memiliki tanggung jawab untuk memastikan setiap anggota dewan terpilih paham dengan tugas-tugas kedewanan. Di sisi lain, dalam pendidikan internal itu, PDIP akan memaparkan mekanisme tentang kampanye, turun ke bawah, menyapa rakyat, dan memecahkan persoalan-persoalan di akar rumput.

Ia juga menekankan bakal caleg memiliki keterikatan dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 seperti yang sudah terjadi di Pemilu 2014 dan 2019. Menurutnya, setiap bakal caleg punya tanggung jawab yang sama dengan pengurus partai dari anak ranting, ranting, DPC, DPD, hingga DPP mengampanyekan Ganjar Pranowo.

“Melalui sinergi, melalui kerja gotong royong ini saya yakin, ya, PDI Perjuangan, kami sangat siap, makanya kami selalu sampaikan bahwa apa pun sistem yang diputuskan oleh MK, PDI Perjuangan siap, baik itu terbuka, setengah terbuka, tertutup. Kenapa? Karena sejak awal Ibu Ketua Umum Ibu Mega, membangun partai kami itu menjadi partai yang sehat berbasis ideologi Pancasila yang intisarinya adalah gotong royong berbasis demokrasi secara terpimpin. Dengan cara seperti itu maka kami hindari betul terjadinya kanibalisme politik ini,” jelasnya.

Ia menilai praktik sistem proporsional terbuka mendorong setiap bakal caleg melakukan kanibalisme politik. PDIP, tegas Djarot, sangat menghindari terjadinya praktik-praktik bahwa calon dari satu Partai merebut pemilih di segmen yang sama.

Djarot menganggap suatu daerah pemilihan memiliki ceruk yang sangat luas yang bisa dimasuki oleh bakal calon sesuai dengan kriteria dan dengan latar belakang masing-masing.

“Prinsip yang digunakan oleh kami tetap bersumber kepada ideologi Pancasila adalah dengan prinsip gotong royong. Artinya apa? Artinya sebetulnya vote gatters, peraup suara itu bukan hanya caleg, semua struktur partai bergerak. Mulai dari tingkat anak ranting, ranting, PAC, sampai tingkat ke atas itulah yang akan meraup suara,” tegas Djarot.

​​​​​​​Sebelumnya, majelis hakim Mahkamah Konstitusi telah menyatakan menolak permohonan para pemohon terkait dengan uji materi terhadap Pasal 168 ayat (2) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilu mengenai sistem proporsional terbuka yang didaftarkan dengan nomor registrasi perkara 114/PUU-XX/2022 pada 14 November 2022.

Dengan demikian, sistem pemilu proporsional terbuka tetap berlaku pada Pemilu 2024.

"Menolak permohonan para Pemohon untuk seluruhnya," ucap Ketua Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi Anwar Usman ketika membacakan putusan di gedung Mahkamah Konstitusi RI, Jakarta Pusat, Kamis.

Adapun PDIP merupakan satu-satunya fraksi yang menginginkan sistem pemilu proporsional tertutup.

Baca juga: PDIP: Sistem pemilu tertutup dapat diterapkan dengan transisi 5 tahun
Baca juga: PDIP dorong kader mengedepankan sistem gotong royong di Pemilu 2024

Pewarta: Narda Margaretha Sinambela
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2023