Untuk SD dan SMP sudah 100 persen yang menerapkan Kurikulum Merdeka
Banten (ANTARA) - Perwakilan Dinas Pendidikan (Disdik) Kabupaten Lebak Usep Saepul Anwar menyebutkan 100 persen Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kabupaten Lebak sudah menerapkan Kurikulum Merdeka.

“Untuk SD dan SMP sudah 100 persen yang menerapkan Kurikulum Merdeka,” katanya dalam tur media bersama Kemendikbudristek di Kantor Kantor Balai Penjaminan Mutu Pendidikan (BPMP) Banten, Jumat.

Usep mengatakan mayoritas SD dan SMP menerapkan Kurikulum Merdeka Mandiri Belajar dan hanya beberapa satuan pendidikan yang menerapkan Mandiri Berbagi dan Mandiri Berubah.

Sedangkan implementasi Kurikulum Merdeka di tingkat PAUD masih sekitar 37 persen karena butuh penyesuaian, namun akan terus didorong oleh pemkab, katanya.

Sementara itu  di Kabupaten Lebak sudah ada sekitar 62 satuan pendidikan yang menjadi Sekolah Penggerak di angkatan ke-2 yakni meliputi lima sekolah di tingkat TK, 39 sekolah di tingkat SD, dan 18 sekolah di tingkat SMP.

“Kalau di angkatan ke-3 sudah ada 13 satuan pendidikan yang menjadi Sekolah Penggerak dan untuk lokakarya sudah mulai diimplementasikan,” ujarnya.

Baca juga: Kemendikbudristek: Kurikulum Merdeka kian diminati satuan pendidikan

Menurut Usep, Sekolah Penggerak merupakan katalis untuk implementasi Kurikulum Merdeka di Kabupaten Lebak karena mereka lebih dahulu mendapat sosialisasi tentang ilmu-ilmu Kurikulum Merdeka.

Oleh sebab itu Disdik setempat meminta para kepala sekolah di Sekolah Penggerak untuk segera mengimbaskan ilmu yang didapat agar pendidikan di Kabupaten Lebak lebih berkualitas.

Usep pun meminta agar setiap satuan pendidikan yang merupakan Sekolah Penggerak tidak hanya mengimbaskan ilmunya kepada tiga sekolah saja, namun bisa lebih dari 10 sekolah sehingga lebih maksimal.

“Sudah ada jadwal di tahun ajaran baru 2023-2024 nanti direalisasikan. Kalau bisa satu Sekolah Penggerak tidak mengimbas ke tiga sekolah karena progress-nya lama. Harusnya satu Sekolah Penggerak mengimbas ke 10 sekolah,” ujarnya.

Salah satu sekolah di Kabupaten Lebak yang sudah mengimplementasikan Kurikulum Merdeka adalah SMA Negeri 1 Cibadak.

Guru Bimbingan Konseling (BK) SMA Negeri 1 Cibadak Erna Hervina Ahmad mengatakan Kurikulum Merdeka membawa dampak positif terhadap sekolah seperti meningkatkan kehadiran peserta didik di sekolah.

Baca juga: Kemendikbudristek: Sekolah harus jadi tempat menyenangkan siswa


Erna menuturkan tingkat kehadiran siswa di sekolah sempat menurun karena perlu penyesuaian setelah anak didik terbiasa belajar di rumah sepanjang pandemi COVID-19.

Namun implementasi Kurikulum Merdeka yang menjadikan anak didik sebagai subjek pembelajaran ternyata mampu menciptakan suasana yang menyenangkan di sekolah sehingga mereka kembali bersemangat.

“Kami melibatkan sepenuhnya kepada siswa mulai dari pemilihan topik, materi yang akan diberikan hingga kegiatan pembelajaran yang menyenangkan sehingga mereka kembali rajin masuk ke sekolah,” jelasnya.

Erna yang pertama kali mengenal Kurikulum Merdeka ketika ia menjadi Guru Penggerak ini mengaku juga mendapat manfaat yakni dari implementasi kurikulum terbaru tersebut.

“Awal pertama saya kenal Kurikulum Merdeka melalui Guru Penggerak, saya angkatan kedua yang pendidikannya sembilan bulan. Tidak dipungkiri banyak ilmu yang didapat dan mampu me-refresh kembali filosofi pendidikan,” kata Erna.

Meski demikian ia mengaku masih banyak guru yang motivasinya naik dan turun dalam mengimplementasikan Kurikulum Merdeka, khususnya pada awal-awal penerapan.

“Guru-guru motivasinya naik turun di awal. Tapi ini biasa karena kami kan mempelajari hal baru sehingga membutuhkan waktu untuk penyesuaian,” ucapnya.

Baca juga: Komisi X DPR minta Kemendikbudristek perbanyak guru penggerak
Baca juga: Kemendikbudristek: Guru penggerak diprioritaskan jadi kepala sekolah

Pewarta: Astrid Faidlatul Habibah
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2023