60 persen kopi arabika di Jawa Timur dihasilkan dari pegunungan Ijen-Raung dengan luas lahan saat ini 68,73 hektare
Bondowoso (ANTARA) - Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengatakan bahwa Kabupaten Bondowoso merupakan salah satu daerah penghasil kopi terbesar di Jawa Timur.

"60 persen kopi arabika di Jawa Timur dihasilkan dari pegunungan Ijen-Raung dengan luas lahan saat ini 68,73 hektare," katanya saat peluncuran Platform Kemitraan Sosial Socio Forest bersama Perum Perhutani, Kementerian BUMN dan KLHK di Kampung Kopi Kluncing, Desa Sukorejo, Kecamatan Sumberwringin, Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur, Jumat.

Menurut Khofifah, kopi arabika Bondowoso merupakan satu-satunya produk kopi spesialis (kopi blue mountain) di Jawa Timur yang telah mendapatkan sertifikat perlindungan hak indikasi-geografis pada tahun 2013.

"Cita rasa khas inilah menyebabkan produk kopi arabika memiliki daya jual dan daya saing yang tinggi di pasar kopi internasional," kata mantan Menteri Sosial itu.

Dalam tiga alam tiga tahun terakhir, lanjut Khofifah, data Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan pada tahun 2020-2021 di Jawa Timur menjadi provinsi dengan nilai ekspor kopi terbesar ketiga nasional setelah Lampung dan Sumatera Utara.

Nilai ekspor pada tahun 2020 sebesar 103,4 juta dolar AS dan pada tahun 2021 sebesar 133 juta dolar AS. Pada Oktober 2022, kinerja ekspor kopi dari Jawa Timur berhasil mencapai 81.495.107 kilogram atau dengan nilai ekspor mencapai 186,22 juta dolar AS.

Menurut Khofifah, pada November 2022 kopi agroforestri Jawa Timur dengan merek Javeast Coffee melalui hasil komunal branding berhasil di ekspor secara perdana ke negara Mesir, secara bertahap hingga 200 ton dengan total nilai ekspor lebih dari Rp6,2 miliar.

Baca juga: Khofifah optimis platform Socio Forest" tingkatkan produktivitas kopi
Baca juga: Kopi Amstirdam asal Jatim tembus pasar Australia


"Dalam lawatan kami ke Mesir pada November 2022, kopi Jawa Timur mampu mencatat kontrak ekspor untuk tahun 2023 sebesar 6 juta dolar AS. Communal branding juga menjadi pintu pembuka pasar ekspor yang harus ditumbuhkan," katanya.

Menurut Gubernur Khofifah, data Badan Pusat Statistik (BPS) juga menyebutkan pada tahun 2022 luas areal tanaman perkebunan kopi di Jawa Timur seluas 113.148 hektare. Seluas 25.730,13 hektare atau setara 22,63 persen di antaranya merupakan pemanfaatan kawasan hutan yang dikelola Perum Perhutani melalui pola agroforestri.

Selanjutnya, proyek percontohan penerapan program perhutanan sosial melalui aplikasi Socio Forest rencananya akan dilaksanakan di 6 KPH dengan luas areal garapan seluas 1.174 ha melalui pola agroforestri, 7 LMDH/KTH sebagai mitra dan melibatkan 2.123 orang petani.

Gubernur Khofifah mengimbau keberadaan hutan juga dikelola secara lestari agar dapat berfungsi secara optimal. Salah satunya dengan tetap memberikan akses dan ruang sosial kepada masyarakat di sekitar untuk meningkatkan kesejahteraan bersama.

Ia menambahkan dari 347 Kelompok Perhutanan Sosial (KPS) telah terbentuk 771 Kelompok Usaha Perhutanan Sosial (KUPS) atau sebesar 53 persen dari jumlah KUPS di Pulau Jawa. KUPS-KUPS ini menjalankan kegiatan pemanfaatan dan pemungutan baik berupa hasil hutan bukan kayu, hasil hutan kayu maupun jasa lingkungan.

"Baik dengan pengembangan pola agroforestri (wana tani), silvopastura (wana ternak), agrosilvopastura (wana tani ternak), silvofishery (wana mina), ekowisata dan usaha jasa lingkungan lainnya," kata Gubernur Khofifah.

Baca juga: Gubernur Jatim resmikan kawasan agroforestri kopi Lereng Gunung Arjuno
Baca juga: Kadin Jatim perkenalkan kopi asal Malang ke Dubes Uni Eropa

Pewarta: Novi Husdinariyanto
Editor: Indra Gultom
Copyright © ANTARA 2023