Unsur daerah ini vital karena ia menyumbang dimensi dan dinamika baru yang menginspirasi
Jakarta (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono membuka konsultasi nasional agenda pembangunan pasca2015 yang bertujuan untuk mendengar masukan dari elemen daerah dalam penyusunan agenda pembangunan pasca2015 di Istana Negara, Rabu.

"Unsur daerah ini vital karena ia menyumbang dimensi dan dinamika baru yang menginspirasi," kata Ketua Komite Nasional Agenda Pembangunan pasca2015 Kuntoro Mangkusubroto dalam sambutannya.

Hal itu, kata Kuntoro, sejalan dengan arahan Presiden Yudhoyono untuk senantiasa mengedepankan rasa kepemilikan dan inklusivitas seluruh pemangku kepentingan.

Konsultasi publik tingkat nasional itu digelar selama dua hari, 20-21 Febuari, untuk menyongsong pertemuan Panel Tingkat Tinggi Tokoh Terkemuka di Bali, 25-27 Maret.

Dalam dua hari itu para peserta membahas empat topik utama yaitu Tujuan Pembangunan Nasional dan keberlanjutannya pasca2015, isu-isu baru pembangunan bagi agenda pembangunan pasca2015, prinsip kemitraan pada segala tingkatan serta pandangan nasional dan sub-nasional mengenai agenda pembangunan pasca2015.

Menurut Kuntoro, sintesis dari diskusi atas empat topik itu dan seluruh masukan dari peserta selanjutnya akan disampaikan kepada Presiden Yudhoyono agar menjadi salah satu bahan pertimbangan dalam proses diskusi dalam pertemuan Panel Tingkat Tinggi.

Sementara itu dalam sejumlah pertemuan High Level Panel of Eminent Person (HLPEP) sebelumnya, Presiden telah menyampaikan visi mengenai pembangunan pasca2015 yaitu pertumbuhan berkesinambungan secara berkeadilan.

Presiden Yudhoyono pada 2012 telah ditunjuk oleh Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon untuk menjadi ketua bersama dengan Presiden Liberia Ellen Johson Sirleaf dan Perdana Menteri Inggris David Cameron guna merumuskan agenda pembangunan pasca2015.

Para ketua bersama itu memimpin sebuah panel yang beranggotakan 27 tokoh dunia antara lain, Horst Kohler (mantan Presiden Jerman), Kadir Topbas (Walikota Istanbul), Paul Polman (CEO Unilever), dan Tawakkol Karman (peraih Nobel Perdamaian).

(G003)

Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2013