Mosul, Irak (ANTARA News) - Tiga serangan bom bunuh diri terhadap pos-pos pemeriksaan di Mosul, Irak utara, menewaskan tiga polisi pada Kamis malam, kata beberapa sumber kepolisian.

Kekerasan itu merupakan bagian dari gelombang serangan yang menyulut kekhawatiran mengenai kembalinya kekerasan antar-kelompok masyarakat setelah penarikan pasukan AS dari Irak pada Desember 2011.

Menurut sumber-sumber kepolisian itu, dua dari ketiga pelaku tersebut menabrakkan mobil mereka ke pos-pos pemeriksaan itu.

Pada 14 Februari, serangan-serangan yang umumnya ditujukan pada pasukan keamanan di Irak utara, termasuk Mosul, menewaskan tujuh orang.

Belum ada pihak yang mengaku bertanggung jawab atas serangan-serangan itu, namun gerilyawan Sunni sering melancarkan serangan-serangan semacam itu dalam upaya menggoyahkan pemerintah dan mendorong kembalinya kekerasan sektarian seperti pada 2005-2008.

Kekerasan itu merupakan yang terakhir dari gelombang pemboman dan serangan bunuh diri di tengah krisis politik antara Perdana Menteri Nuri al-Maliki dan mitra-mitra pemerintahnya dan pawai protes selama beberapa pekan yang menuntut pengunduran dirinya.

Irak dilanda kemelut politik dan kekerasan yang menewaskan ribuan orang sejak pasukan AS menyelesaikan penarikan dari negara itu pada 18 Desember 2011, meninggalkan tanggung jawab keamanan kepada pasukan Irak.

Selain bermasalah dengan Kurdi, pemerintah Irak juga berselisih dengan kelompok Sunni.

Perdana Menteri Irak Nuri al-Maliki (Syiah) sejak Desember 2011 mengupayakan penangkapan Wakil Presiden Tareq al-Hashemi atas tuduhan terorisme dan berusaha memecat Deputi Perdana Menteri Saleh al-Mutlak. Keduanya adalah pemimpin Sunni.

Para ulama memperingatkan bahwa Maliki sedang mendorong perpecahan sektarian, dan pemrotes memadati jalan-jalan Irak dengan membawa spanduk yang mendukung Hashemi dan mengecam pemerintah.

Pejabat-pejabat Irak mengeluarkan surat perintah penangkapan bagi Wakil Presiden Tareq al-Hashemi pada 19 Desember 2011 setelah mereka memperoleh pengakuan yang mengaitkannya dengan kegiatan teroris.

Puluhan pengawal Hashemi, seorang pemimpin Sunni Arab, ditangkap dalam beberapa pekan setelah pengumuman itu, namun tidak jelas berapa orang yang kini ditahan.

Hashemi, yang membantah tuduhan tersebut, bersembunyi di wilayah otonomi Kurdi di Irak utara, dan para pemimpin Kurdi menolak menyerahkannya ke Baghdad.

Pemerintah Kurdi bahkan mengizinkan Hashemi melakukan lawatan regional ke Qatar, Arab Saudi dan Turki, demikian Reuters.
(M014)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013