Jakarta (ANTARA) - Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral melaporkan hasil analisa struktur geologi terkait gempa bumi merusak yang berlokasi di Kabupaten Mojokerto, Provinsi Jawa Timur.

"Kejadian gempa bumi itu diperkirakan tidak mengakibatkan terjadinya bahaya ikutan (collateral hazard) berupa retakan tanah, penurunan tanah, likuefaksi, dan gerakan tanah," kata Kepala Badan Geologi Sugeng Mujiyanto dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Selasa.
 
Sugeng menjelaskan bahwa morfologi daerah tersebut merupakan dataran hingga dataran bergelombang, dan secara umum tersusun oleh tanah lunak (kelas E) serta tanah sedang (kelas D).
 
Adapun batuannya merupakan endapan kuarter berupa endapan aluvial sungai dan secara setempat batuan rombakan gunung api.
 
"Endapan kuarter itu bersifat lunak, lepas, belum kompak, dan memperkuat efek guncangan, sehingga rawan gempa bumi," ujar Sugeng.
 
Menurut data Badan Geologi, sebaran permukiman penduduk yang terlanda guncangan gempa bumi terletak pada Kawasan Rawan Bencana (KRB) gempa bumi menengah hingga rendah.
 
Kejadian gempa bumi tersebut tidak menyebabkan tsunami lantaran lokasi pusat gempa bumi terletak di darat.
 
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyampaikan pusat gempa di wilayah Mojokerto terjadi pada pukul 20:44:01 WIB, Senin malam (19/6).
 
Gempa itu juga terletak di luar zona Sesar Kendeng dan dipicu sesar aktif yang belum terpetakan.
 
Gempa dangkal berkekuatan magnitudo 4,6 tersebut berlokasi di darat tepatnya 10 kilometer timur laut Kabupaten Mojokerto, Provinsi Jawa Timur. Kedalaman gempa sembilan kilometer atau terletak pada koordinat 7,49 lintang selatan dan 112,54 bujur timur.
 
Baca juga: Menteri ESDM: Geologi punya peran penting dalam tujuan pembangunan
 

Pewarta: Sugiharto Purnama
Editor: Nurul Hayat
Copyright © ANTARA 2023