asosiasi diundang Pemerintah Korea Selatan untuk hadir di sana. Mereka memperkenalkan produk lalat hitam sebagai bahan baku pakan ternak
Jakarta (ANTARA) - Industri pakan ternak memerlukan terobosan dan inovasi untuk mengatasi lonjakan harga jagung sebagai dampak dari El Nino yakni dengan memanfaatkan sumber bahan baku alternatif, kata Ketua Gabungan Perusahaan Makanan Ternak (GPMT) Timbul Sihombing.

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memperkirakan puncak kemarau sebagai dampak dari El Nino terjadi pada September, Oktober dan November 2023. Dampak El Nino salah satunya adalah kenaikan harga bahan pakan ternak seperti jagung, yang akan mengakibatkan naiknya harga produk perunggasan.

“Dua bulan lalu kami dari asosiasi diundang oleh Pemerintah Korea Selatan untuk hadir di sana. Mereka memperkenalkan produk lalat hitam sebagai bahan baku pakan ternak," kata Timbul dalam keterangan di Jakarta, Selasa.

Dalam webinar El Nino Datang Lagi: Bagaimana Antisipasi Sektor Pertanian dan Perunggasan,” yang diadakan Katadata, dia mengatakan di Korsel produk lalat hitam sebagai bahan baku pakan ternak sudah menjadi industri dan sudah diproduksi berton-ton dan mereka sudah punya asosiasi.

Meski harga lalat hitam mahal, kata Timbul, namun dengan kandungan protein 40-50 persen maka lalat hitam bisa menjadi alternatif sumber protein pengganti bahan pakan ternak yang lain.

Baca juga: GPMT: Impor pakan berdampak ke petani-peternak

Baca juga: Disnak Pasuruan olah limbah bunga sedap malam jadi pakan ternak


Menurut dia, Pemerintah Korsel sangat mendukung semua pelaku industri untuk menggunakan lalat hitam sebagai alternatif bahan baku pakan. Saat ini, lalat hitam sudah diproduksi berton-ton dan dijual ke sejumlah perusahaan.

“Harganya memang masih mahal sekitar 3-5 dolar tapi ini bisa menjadi alternatif. Meskipun tidak akan menggantikan bahan baku pakan ternak, tapi bisa menjadi substitusi sebagian,” jelas Timbul.

Menurutnya, substitusi bahan pakan ternak lainnya adalah nasi pecah, mi pecah dan biskuit pecah. Industri pakan ternak sudah mulai mencari substitusi bahan baku pakan karena harga jagung pada triwulan pertama 2023 mulai naik.

Jagung, katanya, masih menjadi bahan utama pakan ternak yaitu sekitar 40-50 persen. Kenaikan harga jagung akan membuat biaya produksi pakan ternak ikut melonjak. Apalagi, pemerintah sudah melarang impor jagung sejak 2016. Faktor itulah yang membuat industri pakan ternak mulai mencari alternatif bahan baku pakan.

Pemerintah melalui Kementerian Pertanian sudah mengantisipasi dampak El Nino tahun ini. Pengawas Mutu Hasil Pertanian (PMHP) Muda, Direktorat Serealia Ditjen Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian Devied Apriyanto Sofyan mengatakan, kementeriannya sudah memetakan daerah rawan kekeringan dan pemantauan kondisi iklim harian. Daerah tersebut dibagi menjadi tiga zona yaitu hijau, kuning dan merah.

“Untuk daerah zona hijau, pemerintah akan melakukan pengawasan dan pengawalan serta antisipasi terjadi kekurangan air. Untuk daerah zona kuning, pemerintah akan membangun dan memperbaiki embung, biopori, dam, parit dan lain-lain untuk peningkatan ketersediaan air irigasi.

Sedangkan untuk daerah zona merah, pemerintah akan menyiapkan sumur dalam untuk irigasi, diversifikasi pangan untuk antisipasi dampak El Nino dan mengoptimalkan lahan sawah rawa,” kata Devied.

Baca juga: Pengamat: Pakan ternak dari batang singkong perlu dikembangkan

Baca juga: Pemerintah pertimbangkan industri pakan ternak jadi "offtaker" sorgum

Pewarta: Ahmad Wijaya
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2023