Jakarta (ANTARA) - Emisi global harus diturunkan sebesar 50 persen sedini mungkin untuk dapat mencapai emisi nol bersih (net zero emission/NZE) pada 2050, kata Pendiri Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) Dino Patti Djalal.

FPCI adalah organisasi kebijakan luar negeri non-partisan, non-politik dan independen yang didirikan untuk membahas dan memperkenalkan isu-isu hubungan internasional kepada banyak aktor terkait di Indonesia, seperti diplomat, duta besar, pejabat pemerintah, akademisi, peneliti, bisnis, media, dosen, think-tank, mahasiswa dan media.

"Emisi global harus dipotong 50 persen dari sekarang untuk mencapai net zero emission pada 2050. Ini sudah dihitung carbon stock-nya untuk mencapai emisi bersih itu sesuai Paris Agreement," kata Dino dalam pengarahan pers di Jakarta, Rabu.

Menurut dia, fenomena dunia yang akan paling mempengaruhi industri, ekonomi dan banyak aspek lainnya akar masalahnya adalah perubahan iklim.

"Bila dunia mengalami kenaikan suhu dua derajat Celsius maka 99 persen terurmbu karang dunia akan mati, dan Indonesia sebagai negara kepulauan pasti sangat terdampak," ujar dia.

Terkait dengan kondisi Indonesia, di mana banyak harapan dan janji untuk membuat Indonesia sebagai negara dengan ekonomi terbesar ke-4 dunia pada 2045, dia mengatakan pencapaian visi itu akan sangat dipengaruhi oleh upaya pengendalian perubahan iklim.

"Kami lihat kondisi Indonesia sekarang baik dan ke depan banyak harapan dan janji untuk Indonesia 2045, menjadi negara ke-4 ekonomi besar dunia, dan banyak analisa tentang capaian yang diharapkan akan terjadi saat Indonesia mencapai usia 100 tahun pada 2045," kata Dino.

"Namun, dari semua analisa itu tidak ada analisa risiko, dan risiko yang paling besar adalah tentang perubahan iklim dimana kita akan hidup dengan suhu yang sangat panas," lanjutnya.

Untuk itu, kata dia, FPCI kembali akan menyelenggarakan kegiatan Indonesia Net-Zero Summit (INZS) 2023 dengan tema "It's Now or Never!" di Jakarta pada Sabtu (24/6).

INZS 2023 merupakan konferensi iklim tahunan yang diadakan oleh FPCI sebagai platform bagi para pemangku kebijakan, diplomat, sektor swasta, selebritas, pemuda, dan masyarakat sipil untuk mendiskusikan isu iklim.

"Intinya melalui forum ini kami akan mendorong masyarakat dan pemerintah untuk keluar dari zona nyaman dan jangan terbiasa baru menyadari krisis sampai krisis itu terjadi dahulu," ucap Dino.

Pada Indonesia Net-Zero Summit 2023, selain pembahasan dalam bentuk panel diskusi, juga akan diadakan “Konser untuk Iklim” sebagai jembatan penarik minat masyarakat untuk terlibat dalam diskusi iklim.

INZS 2023 akan diikuti sekitar 5.000 peserta dan melibatkan lebih dari 100 organisasi masyarakat, komunitas, dan kalangan universitas.

Pada tahun lalu, FPCI menyelenggarakan INZS secara daring untuk pertama kalinya dengan tema "Selamatkan Indonesia Emas 2045 dari Ancaman Darurat Iklim".

"Bersama dengan 152 kelompok pegiat iklim dan pemuda dari seluruh Indonesia, FPCI menyuarakan aspirasi serta harapan bagi Indonesia untuk mewujudkan langkah konkret menuju pencapaian net-zero emission nasional," ujar Dino.

Baca juga: FPCI gelar konferensi iklim tahunan himpun komitmen atasi krisis iklim
Baca juga: FPCI kembali gelar konferensi kebijakan luar negeri tahunan
Baca juga: Dino P. Djalal: utamakan kualitas dalam analisis kebijakan luar negeri


 

Pewarta: Yuni Arisandy Sinaga
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2023