Basel (ANTARA News) - Masyarakat Swiss menggemari berbagai produk organik warisan budaya Indonesia seperti teh bercita rasa rempah-rempah, kopi luwak, jehe, temulawak, kunyit, dan zedoary (kunyit putih), gula semut, dan berbagai bumbu dapur yagn dikemas modern.

Terbukti, mereka terus memenuhi stand pavilion Indonesia dalam pameran dagang MUBA 2013, yang diselenggarakan selama 10 hari hingga 3 Maret mendatang di Exhibition Centre Basel (Messe Bassel), Basel, Swiss.

Keikutsertaan pelaku usaha Indonesia seperti Javara dalam pameran MUBA juga sebagai sarana untuk menjajaki pasar dan membangun branding dalam upaya menembus pasar eropa, kata pendiri dan pimpinan Javara, Helianti Hilman, kepada ANTARA London, Senin.

Berbagai produk Javara pada 2012 lalu pernah dipromosikan di Toserba tingkat atas di Swiss "Globus" yang mempunyai 16 jaringan tersebar di negara itu.

Dikatakannya upaya untuk menembus pasar Eropa memerlukan strategi khusus dengan mengedepankan nilai nilai sejarah warisan budaya dengan dikemas secara modern ditata apik dan bernuansa etnik, ujar wanita lulusan Kings College University of London.

"Kecenderungan masyarakat Eropa maupun dunia saat ini kembali kepada produk natural yang seminimal mungkin tidak mengunakan bahan kimia dalam proses pengolahan," ujarnya.

Keseriusan Javara yang berdiri sejak empat tahun lalu dan telah menciptakan sekitar 800 jenis produk andalan termasuk beras merah, mie dengan bercitra rasa sayuran dan makanan olahan tanpa tambahan pengawet atau bahan kimia lainnya.

Melalui PT. Kampung Kearifan Indonesia (KKI), Javara berhasil menggandeng lebih 700 komunitas lokal atau 50 ribu petani lokal dari seluruh Indonesia yang hasil kerja dan karya mereka dikemas cantik dalam merek Javara.

Diharapkan dengan keikusertaan dalam pameran dagang MUBA dapat menyeimbangkan nilai ekspor Indonesia ke Swiss dan produk tradisonal warisan budaya Indonesia berhasil menembus pasar dunia.

(ZG)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2013