Saya Menteri Perdagangan kadang kadang, bukan kadang-kadang lagi, urusannya impor dan ekspor.
Jakarta (ANTARA) - Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan mengakui bahwa dirinya tidak menyukai impor, meskipun secara data volume impor sejumlah komoditas pangan terus meningkat dibandingkan saat dulu dirinya berada di kursi DPR pada tahun 2004.

“Saya Menteri Perdagangan kadang kadang, bukan kadang-kadang lagi, urusannya impor dan ekspor. Tapi saya yang termasuk tidak suka impor sebetulnya,” ujar Mendag Zulkifli saat menghadiri peresmian Gerakan Pangan Murah Serentak Nasional, di Jakarta, Senin.

Mendag Zulhas, sapaan Zulkifli Hasan, menyampaikan saat ia menjabat sebagai anggota DPR di tahun 2004, impor gandum hanya sekitar 2-3 juta dan kini meningkat menjadi 13 juta per tahun. Lalu, impor gula kira kira 1 juta -2 juta dan sekarang menjadi 5 juta lebih satu tahun.

“Dulu kita impor garam tidak sampai 1 juta, sekarang mungkin 3 juta. Buah dulu kita impor buah kira-kira tahun 2004, 50 ribu sekarang sudah hampir 1 juta, termasuk lengkeng kering dan jeruk keriput,” ujarnya.

Tak sampai di situ, kenaikan volume impor bahan pangan juga terjadi pada komoditas bawang putih dari sekitar 25.000 hingga 30.000 ton menjadi 600.000 ton per tahun.

“Kita pemakan bawang merah, bawang putih sedikit sekali tahun 2004 kira kira 25 ribu ton 30 ribu ton sudah banyak. Sekarang kita mulai bergeser makan bawang putih, kita impor hampir 600 ribu ton per tahun,” ujar dia lagi.

Begitu juga dengan impor tembakau yang disebutnya setengah dari kebutuhan dalam negeri dipenuhi melalui impor, dan impor jagung untuk kebutuhan industri yang mencapai 2 juta ton.

“Oleh karena itu, saya minta arahan Bapak Presiden apakah boleh saya mengedepankan impor dengan dikendalikan impor, produksi dalam negeri diharapkan bisa meningkat kita harapkan. Buah misalnya, pertanian misalnya dan lain-lain,” katanya pula.
Baca juga: Presiden sebut impor beras perkuat cadangan Bulog hadapi musim kering
Baca juga: Bulog impor 18 ribu ton daging beku guna penuhi stok pangan nasional


Pewarta: Kuntum Khaira Riswan
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2023