Pasti yang akan terganggu itu literasi emosi anak yang menjadi bermasalah
Jakarta (ANTARA) - Bertepatan dengan Hari Anti Narkotika Internasional 26 Juni ini, Psikolog Klinis jebolan Universitas Indonesia Ratih Yuniarti Pratiwi., S.Psi., M.Psi. mengingatkan bapak dan ibu dalam keluarga untuk menjaga kualitasnya sebagai orang tua agar anak terhindar dari narkotika dan obat/bahan berbahaya (narkoba).

Kualitas yang dimaksud adalah untuk secara konsisten mengisi peran sebagai figur ayah dan ibu, sehingga kebutuhan sosial dan emosional anak dapat terpenuhi.

“Jadi bukan hanya memenuhi kebutuhan fisik atau ekonomi, tapi kebutuhan emosi dan sosialnya, sehingga benar-benar berinteraksi dengan anak secara nyata,” kata dia saat dihubungi ANTARA, Senin.

Psikolog yang berpraktik di Klinik Kancil itu mengatakan bahwa hal ini bukan merupakan hal sepele, mengingat banyak dari anak Indonesia yang terabaikan secara emosional, dengan kekurangan sosok ayah ataupun ibu.

Baca juga: Balai Rehabilitasi BNN Samarinda masih rawat bayi positif narkoba

Kekurangan figur ayah dan ibu, menurut Ratih, dapat berakibat fatal pada tumbuh kembang anak, termasuk dapat meningkatkan kemungkinan anak terjerumus pada obat-obatan terlarang.

“Pasti yang akan terganggu itu literasi emosi anak yang menjadi bermasalah, mereka akan sulit mengekspresikan emosi, kecemasan meningkat, atau bahkan perilaku yang menjadi menyimpang, itu sangat mungkin terjadi,“ jelas Ratih.

Lebih lanjut, Ratih menyebut tidak ada dinamika keluarga yang ideal atau sempurna. Ia menyarankan untuk melakukan terapi keluarga dengan tenaga profesional seperti psikolog atau psikiater.

Menurutnya, selain dapat mengurai benang kusut pada permasalahan, terapi dapat membantu masing-masing anggota keluarga untuk saling terbuka satu sama lain.

Hal itu juga dapat membantu untuk mengembalikan peran dari masing-masing anggota keluarga, terlebih bagi keluarga dengan pecandu narkoba di dalamnya.

“Saya akan selalu menyarankan adanya terapi keluarga, karena anak itu berhak mendapat hak-hak mereka, dan mengembalikan keluarga itu ke fungsinya. Pendampingan psikologis juga suatu upaya untuk mengembalikan fungsi,” ujar Ratih.

Belum lama, Indonesia disebut menjadi negara “fatherless” ketiga di dunia. Hal tersebut berarti banyak anak Indonesia yang kekurangan sosok ayah dalam hidupnya.

Hal tersebut disebutkan dalam program sosialisasi yang dilakukan mahasiswa Universitas Sebelas Maret (UNS) yang bertajuk "Peran Ayah dalam Proses Menurunkan Tingkat Fatherless Country Nomor 3 Terbanyak Di Dunia."

Penyalahgunaan narkotika di kalangan generasi muda juga kian meningkat di Indonesia. Berdasarkan data Kementerian Komunikasi dan Informatika tahun 2021, penggunaan narkoba di kalangan anak muda berusia 15-35 tahun mencapai 82,4 persen.

Baca juga: Pakar farmasi BNN ingatkan ganja bisa mematikan sel otak

Baca juga: BNN RI gelorakan antinarkotika melalui ajang "Shooting Against Drugs"

Baca juga: Kepala BNN tegaskan tak ada toleransi bagi pengedar narkotika di Bali


Pewarta: Pamela Sakina
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2023